KHR. As'ad Syamsul Arifin sang wasilah berdirinya Nahdlatul Ulama. (Foto : Tim Kreatif) |
Hidupnya benar-benar diwakafkan untuk perjuangan. Kiai Afifuddin Muhajir, dalam sebuah kesempatan pernah mengomentari bahwa Thariqah kiai As'ad adalah thariqah perjuangan. dan dengan jalan ini, beliau menempuh jalan "suluk", menuju Allah Swt.
Baca Juga :
- Panglima TNI: Mengunjungi PBNU Adalah Agenda Pertama Saya
- Ponpes Tahfidz Bondowoso hadirkan Putera Pengarang Lirik Salawat Nahdliyah
- Ketum PBNU Silaturahim ke Kiai-kiai Sukorejo sekaligus Ziarah Makam Pahlawan Nasional
Kiai Muhyiddin Abd. Shomad, Rais Syuriyah PCNU Jember, yang masih saudara Kiai As'ad, berkisah: bagi dirinya, Kiai As'ad seperti baru wafat kemarin. perhatian dan kepedulian Kiai As'ad amat melekat dalam diri Kiai Muhyid.
Kiai As'ad sebut Kiai Muhyid sering mendatanginya secara tiba-tiba; pagi-pagi buta, tiba-tiba Kiai As'ad sudah di depan kediamannya. ahad pagi saat matahari seukuran tombak, lagi-lagi Kiai As'ad datang bertepatan saat Kiai Muhyid memberi pengajian untuk masyarakat.
Apa ada hal penting tiap Kiai As'ad menemui Kiai Muhyid? tidak! bahkan beliau hanya sekadar mampir untuk menyapa karena sedang menuju acara yang arahnya bertepatan dengan arah kediaman Kiai Muhyid. dan Kiai Muhyiddin pasti diajak untuk menemani menghadiri pengajian.
Berkat sering dikunjungi dan diajak Kiai As'ad kondangan, nama Kiai Muhyid segera muncul dalam percakapan masyarakat Jember dan sekitarnya. bahkan jajaran pejabat, merasa perlu untuk mengunjungi pesantrennya yang masih belia.
Kiai As'ad memang begitu; ia sering "mempromosikan" atau "menjual" orang lain ketimbang menjual dirinya sendiri. bahkan saat keadaan sudah mendesak dirinya untuk menjadi Rais Aam PBNU, ia malah melemparkan jabatan prestisius kepada orang lain.
Apakah perhatian ini muncul hanya karena pendiri pesantren Nuris tersebut masih keluarga satu keluarga? tidak. lagi-lagi Kiai Muhyid bercerita bahwa Kiai As'ad juga dekat dengan seorang "bajingan" di daerah Silo Jember. dan saking dekatnya, seorang bajingan tersebut merasa bahwa Kiai As'ad sudah seperti ayahandanya sendiri.
Kepada Soeharto kiai As'ad dekat. kepada anak muda, aktivis lintas partai ia juga dekat. Petinggi Golkar hingga PDPI perlu terbang ke pelosok Situbondo hanya sekadar untuk mencium tangannya. Bagaimana dengan Jenderal LB. Moerdani? tak usah diceritakan lagi. kisah kedekatan Jenderal paling ditakuti itu sudah sangat banyak diketahui khalayak. bahkan, kata Kiai Afif, saking dekatnya Kiai As'ad dengan LB. Moerdani, jika keduanya bertamu, Kiai As'ad tak jarang mencubit hidung sang Jenderal.
Mahbub Djunaidi, salah seorang penulis gaek sampai "jatuh hati" kepada Kiai As'ad. ia sering tiba-tiba ditelpon Kiai As'ad untuk segera ke Situbondo. Rumahnya di Bandung dan jaraknya yang amat jauh dengan moda transportasi yang masih sangat minim, ia merasa "perlu" menjemput panggilan Kiai As'ad.
Cukuplah esai Mahbub yang berjudul "Lagi-lagi Situbondo" yang didedikasikan untuk Kiai As'ad sebagai bukti kedekaatannya. di sana ia menulis:
"Buat orang Bandung seperti saya, kota Situbondo itu jauhnya bukan alang-kepalang. Membayangkannya saja sudah ngos-ngosan. Bayangkan dari: Surabaya saja mesti naik mobil 200 km di alam yang gersang, sungguh bukan main. Kalau bukan perlu benar, tak bakalan rasanya cukup tenaga sampai ke situ. Awak sudah terkulai sebelum berangkat,”
pada paragraf selanjutnya ia melanjutkan:
"Seperti sudah puluhan kali saya alami, tanggal 18 Maret lalu saya dapat tilpun dari Kiai As’ad Syamsul Arifin disuruh datang menemui beliau, secepatnya. Dari Surabaya, dianjurkan lewat Jember, jemput Kiai Ahmad Shiddiq dan bawa ke Situbondo.”
Dan yang menarik dan ini "energi" Kiai As'ad hingga ia diterima semua latar belakang adalah "kemampuan komunikasi" Kiai As'ad yang pilih tanding. kepada Mahbub, ia mampu berkomunikasi dengan bahasa-bahasa anak muda progresif, kepada LB Moerdani berbicara terkait tata negara dan pertahanan negara. tema-tema yang amat berbeda tentunya saat Kiai As'ad menemui bajingan.
Sulit sekai tetapi Kiai As'ad harus diakui punya kemampuan yang sangat baik ini. Ditambah pandangan teduh penuh ketulusan kekiaian dan perhatiannya yang membuat orang merasa nyaman berada di dekatnya. maka tak berlebihan saat Kiai Muhyiddin berkata pada saya; Sampai sekarang, saya tak menemukan sosok kiai yang perhatiannya seperti Kiai As'ad. Kiai Muhyid mengucapkan kalimat ini dengan penuh emosional.
Termasuk perhatian Kiai As'ad yang mungkin jarang dibicarakan orang adalah perhatian beliau pada literasi. dan saya makin tak takut untuk menyebut bahwa Kiai As'ad adalah sosok yang peduli akan literasi.
Pagi tadi, saya menemani istri pergi belanja ke pasar tradisional. sembari menemani istri membeli kebutuhan dapur, saya mengajaknya berkeliling ke toko-toko buku "sederhana". tak megah dan tak menjual kitab-kitab besar. tetapi di toko itu, saya menemukan sesuatu yang besar, yaitu "komitmen" Kiai As'ad pada literasi.
tujuan saya memang tak untuk membeli kitab yang berjilid-jilid tetapi tujuan utama saya mencari kitab-kitab yang ada kaitannya dengan Kiai As'ad dan pesantren Sukorejo. dan syukur Alhamdulilah! saya menemukannya.
Pagi tadi, setidaknya ada lima kitab yang memiliki "nasab" keilmuan kepada tokoh pahlawan itu. dalam cover kitab tersebut, terpampang jelas nama "Kiai As'ad Syamsul Arifin" meski penulis adalah para santrinya.
"Kitab ini ditulis oleh sebagian santri Pesantren Sukorejo Situbondo". begitu judul dalam cover kitab. kitab ini begitu berharga. dulu saat saya baru masuk pondok, ada bapak tua yang menjual kitab-kitab kuno. tetapi sayang pada waktu itu, saya belum punya kesadaran keilmuan. maklum masih bocah. dan ketika sudah saya berangsur mengerti, penjual kitab itu sudah tiada.
Makanya, momen tadi pagi benar-benar membuat saya seperti dalam puncak kebahagiaan. saya menemukan harta karun itu.
Lima kitab itu adalah:
1. Asas al-Muttaqin al-Musamma bi Kifayah al-Muhtadin. kitab yang berisi fikih-fikih dasar keseharian. target utama kitab ini adalah para guru ngaji di kampung-kampung. Kitab yang ditulis dengan bahasa Arab dan Madura pegon ini ditulis oleh Kiai Khudori tetapi tertera bahasa "Terjamah al-Alim al-Allamah al-Fadhil al-Kamil al-Syaikh As'ad Syamsul Arifin fi Ma'had al-Diniyah al-Islamiyah wa al-Salafiyah al-Syafi'iyah Sukorejo Asembagus".
Saya curiga kitab ini mirip dengan kisah al-Risalah al-Syafi'i sebuah kitab pemikiran Imam Syafi'i tetapi yang menulis adalah muridnya yang bernama Rabi' bin Sulamaiman.
Kitab ini diterbitkan oleh penerbit al-Saqqaf Surabaya.
2. Asas al-Muhibbin. jika dilihat ini adalah kitab lanjutan dari kitab pertama di atas. isinya seputar fikih keseharian tetapi lebih lengkap dengan redaksi talqin, masalah puasa, laylatul Qadar dan lain-lain. menarik, di akhir tulisan kitab ini ada permohonan kepada pembaca agar jika menemukan kesalahan dan kekeliruan agar tak segan untuk dikoreksi. dalam cover kitab disebut bahwa penulis kitab ini adalah "Ba'dhu talamidz al-Ma'had al-Islami Sukorejo Asembagus".
3. al-Istighatsat. kitab yang berisi tentang dzikir, doa dan fikih-fikih dasar. ditulis dengan bahasa arab dan Madura pegon. kitab ini ditulis oleh Kiai Khudori, seorang santri Kiai As'ad yang pernah menjabat sebagai "keloraan" atau lurah pondok Sukorejo di masanya. Kiai Khudori ini salah satu tokoh penting dalam rujukan kesejarahan pesantren Sukorejo. ia dulu kerap menulis kejadian yang terjadi di Sukorejo secara lengkap dan kronik. termasuk wafatnya Kiai Syamsul Arifin, penangkapan Kiai As'ad dan lain sebagainya. Kitab diterbitkan penerbit Menara Kudus.
4. Dizkr al-Maut yang dalam bahasa Madura diterjemahkan "nerangagi kematian", menjelaskan kematian. kitab ini disusun oleh Kiai Khudori, santri Kiai As'ad yang kemudian mendirikan pesantren Raudhatul Muta'allimin di dekatTerminal daerah Panji Situbondo. jika dilihat, kitab ini selesai ditulis 1986 dan kemudian diterbitkan penerbit Menara Kudus.
5. Jami'u al-Da'wat linayli Jami' al-Hajat. kitab yang dinisbatkan kepada Imam Nawawi tetapi isinya banyak wirid, hizb dan amalan-amalan yang konon ijazahnya dari Kiai As'ad. dalam kitab ini ditulis Asma' Khofi, Taskhirul Qulub, doa pangrokat atau selametan bhumi. berbeda dengan kitab lain, kitab ini lebih banyak berisi amalan-amalan kemasyarakatan, termasuk doa untuk mencegah penyakit Thaun yang dulu sempat viral dari Kiai Yazid Karimullah, yang beliau dapat dari Kiai Thoha dan Kiai Thoha dari Kiai Syamsul Arifin.
Keren sekali jiwa literasi Kiai As'ad. beliau di samping punya karya sendiri juga ada beberapa kitab yang lahir dari santrinya tetapi ada paragraf "endors" dari beliau. ini adalah bukti bahwa beliau memiliki semangat dalam literasi. dan itu terjadi di zaman failitas tak semudah hari ini.
Baca Juga :
- Bupati Bondowoso Sebut PMII Sebagai Organisasi Kaderisasi Dengan Paham Aswaja
- Kitab Rujukan Utama Ushul Fiqih Mazhab Syafi'i
- PK PMII UNUSIDA Pererat Silaturahmi Dengan Halal Bihalal
Kepada teman-teman yang hidup dalam kampung dengan kultur Madura, saya merekomendasikan kitab-kitab tersebut. dengan menguasai lima kitab tersebut sudah cukup sebagai bekal untuk hidup di masyarakat. insyaallah.
insyaallah sore ini untuk melanjutkan pencarian, saya akan kembali ke lokasi penjual kitab tadi, teman-teman yang berminat untuk titip, monggo saya bantu fasilitasi.
Rahimahullah. semoga kita khususnya penulis status ini mendapat sabab berkah beliau. Amin.
Foto sebagai "bukti digital" kecuali foto terakhir, baiknya diskip.
Sumber : Akun Facebook Ahmad Husain Fahasbu
Editor : Gufron