KH. Abdurrahman Wafi, saat mengisi ceramah di Ponpes Tahfidzul Qur'an Al-Hasanah Kademangan Bondowoso |
Acara tersebut menjadi agenda tahunan pasca libur lebaran dan bersamaan dengan kembaliannya santri ke pesantren.
Acara yang diawali dengan Pembacaan Tawassul dan dilanjutkan dengan pembacaan yasin serta tahlil itu, semula akan dihadiri oleh KH. Moh. Zuhri Zaini (Pengasuh Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo) yang kemudian digantikan oleh KH. Abdurrahman Wafi yang merupakan Putera dari KH. Hasan Abdul Wafi yang dulu pernah menjadi Dewan Pengawas Pesantren Nurul Jadid tahun 1976-2000.
Baca Juga :
- Ketum PBNU Silaturahim ke Kiai-kiai Sukorejo sekaligus Ziarah Makam Pahlawan Nasional
- Halal Bihalal Pengurus Anak Ranting NU Citayam, Ini Pesan LD PBNU
- Bupati Bondowoso Sebut PMII Sebagai Organisasi Kaderisasi Dengan Paham Aswaja
Acara tersebut Bertempat di Musalla Ponpes Tahfidzul Qur’an Al-Hasanah Kademangan Bondowoso. Minggu, (22/05/2022).
Dr. Ulum selaku pengasuh sangat berbahagia dengan kehadiran sosok putera dari sang ayah yang luar biasa hebatnya itu.
“KH. Zuhri yang berhalangan, kemudian digantikan oleh Gus Abdur ini mengingatkan saya ketika mengaji kepada abah beliau KH. Hasan Abdul Wafi. Bagaimana ketika abah beliau mengajar kitab (murok) kepada santri pasti beliau menghadap ke kiblat dan santri juga demikian. Sehingga, ada nilai lebih yang saya rasakan. Sedikit penyampaiannya namun mudah dipahami,” kata Dr. Ulum saat mengawali sambutannya.
Dirinya yakin bahwa dengan kerawuhan KH. Abdurrahman Wafi, pesantren yang dikelolahnya itu menjadikan tempat yang barokah dan terus mengalir keberkahannya kepada para santri Serta, guru-guru yang membantu mengajar.
“Saya yakin dengan rawuhnya beliau dengan penuh khidmat diri ini sangat meyakini tempat ini mengalir keberkahan dan dijadikan tempat yang barokah,” imbuhnya Dr. Ulum yang juga Dosen di STAI At-Taqwa Bondowoso tersebut.
Sementara itu KH. Abdurrahman Wafi menyampaikan bahwa Pesantren yang berdiri pada tahun 2015 tersebut merupakan aset yang mahal.
Sebab, diusia yang sudah menginjak tujuh tahun itu, Ponpes Tahfidzul Qur'an Al-Hasanah terus merawat dan menjaga keaslian yang menjadi kebanggan umat Nabi Muhammad, yakni Al- Quran.
“Setiap Nabi dan umatnya memiliki kebanggaan-kebanggan tersendiri, ada bahan komparasi atau perbandingan dengan umat yang lain. Sedangkan, kebanggan yang ada didalam umat Nabi Muhammad Saw adalah Al-qur’an. Seperti apa yang dimiliki cikal bakal pesantren ini,” ujarnya.
Menurutnya, baik tidaknya tempat, instansi, lembaga, yayasan, komunitas, organisasi, maupun perkumpulan lainnya itu dilihat dari seberapa dekat dan seberapa besar bersama dengan Al-Quran.
“Teringat dengan salah satu dawuhnya Al-Habib Umar bin Hafidz Hadramaut Yaman. Bahwa terjaganya suatu tempat bisa diukur dari bagaimana Al-Quran diterapkan,” tambahnya.
Tidak hanya itu, KH. Abdurahman Wafi juga menyampaikan bahwa putera puterinya yang dipasrahkan, dititipkan, diberangkatkan ke pesantren itu mahal. Karena, dirinya hidup dan tumbuh ditempat yang bernilai. Sehingga, hidupnya seiring dengan usia yang berkurang, nilai itu akan terus bertambah.
“Oleh karena itu, Ponpes Tahfidzul Qur’an hasanah ini merupakan pilihan terbaik. Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Habib Umar bin Hafidz bahwa lembaga Pendidikan-pendidikan tidak boleh lepas dari nilai-nilai Al-Qur’an didalam kesehariannya,” lanjutnya.
Menurutnya, tiga esensi yang harus menjadi skala prioritas dalam lembaga maupun pesantren, Pertama, Madrasatul Al-Qur'an. Kedua, Madrasah Diniya dan ketiga Madrasah intiqol (Transformatif).
Sehingga, santri maupun siswa melalui tekstualitas Al-Quran tidak hanya difahami, diresapi namun memindah terhadap jiwanya sehingga menjadi seseorang yang memiliki jiwa-jiwa Qur'ani.
Di penghujung tausiyahnya, Gus Abdur sapaan akrabnya tersebut juga memberikan pandangan yang jauh lebih luas. Agar para santri terbuka tabir yang selama ini tertutup rapat. Padahal historisitas ini harus diketahui utamanya para santri.
“Ki Hadjar Dewantara yang dikenal dengan slogan tiga konsep Pendidikan yaitu ing Ngarsa sung tulada (yang didepan memberi teladan), ing madya mangun karsa (yang ditengah membangun kemauan/inisiatif), dan tut wuri handayani (dari belakang mendukung/ memberikan dorongan) adalah seorang santri yang kini dikenal dengan Bapak Pendidikan dengan tiga konsep itu yang diambil dari Al-Qur’an. Pangeran Diponegoro adalah santri tulen dan juga Pahlawan Nasional. Juga, Pengarang lagu Syukur dan Hari Merdeka yang menjadi momen nasional yaitu Habib Husein Mutahar Paman dari Habib Umar Mutahar Semarah yang merupakan Dzurriyah Nabi Muhammad Saw,” jelasnya dengan lugas.
Menurutnya, para tokoh dan sejarahnya tersebut harus diketahui oleh para santri. Walau banyak belakangan ini hal tersebut ditutupi.
Sehingga, hanya sekilas biografi singkat namun tidak lengkap. Sebab, mereka (para tokoh) adalah sang motivator, sang inspirator santri untuk terus memberikan perjuangan kepada rakyatnya dengan menuai kebermanfaatan dirinya.
Baca Juga :
- PC PMII Bondowoso Masa Khidmat 2022-2023 Resmi Dilantik
- Kitab Rujukan Utama Ushul Fiqih Mazhab Syafi'i
“Oleh karena itu, seorang Kiai/ustad/guru, wali santri dan murid harus senantiasa memiliki komunikasi. Agar memberikan kemudahan dan keberkahan kepada murid yang sedang mencari ilmu tersebut,” tutupnya.
Pantauan tim wartanu.com acara tersebut juga dihadiri oleh Penasehat Pesantren H. Shalichin Da’im, A.Md, juga alumni Ponpes Nurul Jadid, Ust. Ahmad Basri Saifur Rahman, M.H.I yang saat ini telah menjadi Dosen di Sukorejo Situbondo dan Politeknik Negeri Jember. Kemudian, Dr. Abdul Hafidz, M.Pd.I yang saat ini menjadi Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam (Kaprodi PAI) STAI At-Taqwa Bondowoso. Wali santri dan segenap tokoh masyarakat setempat. (*)
Penulis : Haris
Editor : Gufron