Tadarus Ramadan; Perempuan Dalam al-Qur'an

Ilustrasi, perempuan dalam Al-qur'an (Foto : Tim Kreatif) 
“Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu merupakan cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.” (QS. al-Baqarah: 46).

Surah al-Baqarah ayat 46 itu bercerita tentang kekejaman Fir’aun yang diakibatkan dari mimpi buruk Fir’aun.

Diceritakan pada suatu malam, Fir’aun bermimpi Mesir habis terbakar dan yang tersisa hanyalah kaum Bani Israil saja. Para ahli nujum yang dipercaya Fir’aun menyampaikan bahwa makna mimpi tersebut adalah akan ada seorang anak laki-laki dari Bani Israil yang akan menghancurkan kekuasaan Fir’aun sebagai raja.

Mendengar penafsiran ahli nujum tersebut, Fir’aun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki yang baru lahir di Negeri Mesir. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari mimpinya menjadi kenyataan.

Kabar itu pun didengar oleh Ibunda Nabi Musa AS yang saat itu tengah mengandung Nabi Musa AS. Ia merasa sangat khawatir jika kelak bayinya terlahir sebagai laki-laki dan akan dibunuh oleh para pasukan Fir’aun. Namun, Allah SWT memberikan ketenangan dan petunjuk kepada Ibunda Nabi Musa AS agar Musa kecil dihanyutkan di sungai nil. Singkat cerita, Musa kecil ditemukan oleh perawat kerajaan dan diasuh dengan rasa cinta dan kasih sayang oleh Siti Asiyah istri Fir’aun.

Pada kisah tersebut, kita meneladani dua sosok perempuan kuat dan hebat, yakni Ibunda Nabi Musa AS dan Siti Asiyah istri Fir’aun.

Perempuan hebat yang pertama adalah Ibunda Nabi Musa AS. Bagaimana tidak, pada saat hamil, Ibunda Nabi Musa AS merasakan nervous dan kekhawatiran yang luar biasa karena takut janin yang dilahirkan adalah laki-laki dan kelak akan menjadi sasaran pembunuhan pasukan Fir’aun. Rasa takut itu mencapai klimaksnya ketika bayi yang dilahirkan memang laki-laki, Musa kecil.

Baca Juga : 

Ketakutan Ibunda Nabi Musa AS adalah bagaimana cara menyembunyikan tangis bayi laki-laki tersebut dari telinga tetangga dan pasukan Fir’aun. Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan seorang ibu yang baru saja berjuang melawan sakit luar biasa dan membayangkan kebahagiaan memiliki seorang bayi, namun akan direnggut dengan cara paksa dan menyedihkan.

Atas berkat keimanan atau keyakinan dan kepasrahan, Ibunda Nabi Musa AS dapat mengalahkan kekhawatiran dan ketakutan.

Keimanan atau keyakinan bahwa hidup dan mati yang menentukan hanyalah Tuhan, Allah SWT. Kekahawatiran dan ketakutan itu sirna karena Allah SWT berfirman kepada Ibunda Nabi Musa AS dan diceritakan dalam al-Qur'an surah al-Qashash ayat 7.

Allah SWT berfirman, “Dan kami ilhamkan kepada Ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para Rasul.” (QS. Al-Qashash: 7).

Bonus dan hadiah yang Allah SWT berikan kepada Ibunda Nabi Musa AS luar biasa. Allah SWT tidak hanya menghilangkan rasa takut dan khawatir Ibunda Nabi Musa AS, Allah SWT juga berjanji Musa Kecil akan dikembalikan. Bahkan, Allah SWT berjanji  akan menjadikan Musa kecil kelak sebagai seorang Rasul. 

Subhannallah, Laa haula walaa quwwata illaa billah. Bisakah kita menirukan sosok kuat seperti Ibunda Nabi Musa AS yang tidak takut terhadap ancaman apapun, yang selalu yakin akan kekuasaan dan kemahabesaran Allah SWT?

Perempuan hebat yang kedua adalah Siti Asiyah, istri Fir’aun. Siti Asiyah mampu menjadi istri yang kuat meski bersanding dengan seorang Fir’aun yang keji, bengis, kejam dan bahkan mengaku sebagai Tuhan.

Siti Asiyah tetap teguh dalam keimanan dan pendirian bertuhan hanya kepada Allah SWT. Perempuan mana yang mampu hidup seperti beliau kalau bukan karena anugerah keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. 

Beda halnya dengan perempuan hari ini. Perempuan yang banyak kita jumpai hari ini adalah perempuan yang terlena ketika menjadi sosok istri orang kaya, memiliki banyak jabatan dan status sosial yang tinggi.

Sedang yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga Fir’aun dan Siti Asiyah adalah sebaliknya. Seorang raja yang serakah akan kekuasaan justru bertekuk lutut pada perempuan yang jiwanya, pikirannya hanya bertumpu pada Allah SWT semata. Seorang raja yang lupa akan mimpi buruknya dan pasrah pada rayuan perempuan teguh yang memintanya untuk tetap merawat Musa kecil nan tampan rupawan. 

Siti Asiyah tidak goyah oleh mimpi Fir’aun, juga tidak goyah oleh kekuatan ribuan bala tentara Fir’aun yang siap membunuh bayi laki-laki mana pun yang akan mengancam kekuasaan Fir’aun.

Siti Asiyah hanya melihat dan menatap kekuasaan Allah SWT, ia hanya yakin seyakin-yakinnya bahwa kebesaran Allah SWT yang akan menjaga hidupnya dan juga hidup Musa kecil dalam gendongan lembutnya.

Dan Maha Besar Allah SWT, dua perempuan hebat ini dipertemukan oleh Allah SWT ketika Siti Asiyah membuat sayembara siapa yang mampu menyusui Musa kecil. Atas adanya sayembara itu, Allah SWT hanya memilihkan Ibunda Nabi Musa AS yang bisa menyusuinya, bukan perempuan yang lain. Tak terbayangkan bagaimana kebahagiaan dua perempuan tersebut ketika itu.

Benar apa yang tertera dalam Kitab al-Fyah ibnu Malik: “Man lam ya’taqid lam yantafi’--barang siapa yang tidak yakin, maka tidak akan ada kemanfaatan bagi dirinya.”

Yakinlah bahwa kita akan menjadi ibu yang kuat. Yakinlah bahwa doa-doa kita untuk anak-anak akan diijabah oleh Allah SWT. Yakinlah bahwa tahajud kita yang kelak akan mengantarkan kesuksesan anak-anak kita. Yakinlah bahwa kesabaran dan keteguhan akan membawa kita pada kebahagiaan. Yakinlah bahwa sekecil apa pun kebaikan kita akan memberi manfaat pada orang-orang di sekitar kita.

Semoga kita bisa mengambil ibroh dari sosok hebat Ibunda Nabi Musa AS dan Siti Asiyah. Terima kasih sudah share kepada yang lain agar semakin banyak inspirasi untuk menjadi ibu dan perempuan yang kuat dan hebat. Wallahu a’lam bis shawab.


Penulis : Anisatul Hamidah, S.Ag., SH., M.Si, M.Kn. Sekretaris Umum PC Fatayat NU Bondowoso

Editor : Muhlas

Lebih baru Lebih lama