Biarkan Sejarah Menjawab

Ilustrasi PMII, (Foto : Istimewa)
Waktu luang yang luas membuat diri sang penulis semakin memiliki kesempatan besar dan gairah untuk memanfaatkannya. Ya, dengan membaca pula. Karna dengan salah satu cara ini untuk dapat mengetahui apa yang belum kita ketahui. Nutrisi kali ini yang harus saya serap yaitu 'PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan' merupakan literatur yang pernah saya baca. 

Namun, sempat pula stagnan sebab ada banyak hal yang harus di selesaikan, sehingga mengharuskan untuk membaca literatur-literatur yang baru namun masih memiliki korelasi dengan buku di atas. 

Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari adanya hasrat kuat dari para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah khusus (Organisasi) mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja). 

Hal ini tidak dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU-IPPNU. Secara historis, PMII merupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNU yang dibentuk dalam muktamar III IPNU di Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 27-31 Desember 1958. Bahkan pada waktu itu masih sangat banyak dari kalangan mahasiswa yang bergabung dengan IPNU maupun IPPNU. 

Baca Juga :

Inilah yang menjadi penyebab, mengapa mahasiswa ingin memiliki wadah (Organisasi) khusus untuk menampung para mahasiswa nahdliyin. pemikiran ini sempat terlontar pada muktamar II IPNU tanggal 1-5 Januari di Pekalongan, Jawa Tengah, akan tetapi para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menanggapi secara serius. 

Mengapa demikian? dikarenakan kondisi IPNU sendiri masih perlu pembenahan, yakni karna banyaknya fungsionaris IPNU yang telah berstatus mahasiswa, dikhawatirkan bila wadah khusus ini disetujui dan berdiri akan mempengaruhi perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk. 

Kendatipun, aspirasi dari para mahasiswa masih cukup kuat yang terbukti pada muktamar III IPNU di Cirebon Jawa Barat. serta terbukti pada konferensi besar IPNU di Kaliurang Yogyakarta Pada tanggal 14-16 Maret 1960. (Baca 'PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan'. hlm. 2 dalam pembahasan Cikal Bakal PMII.)

Usaha dan keinginan dari diri mahasiswa untuk memiliki wadah khusus menghimpun para mahasiswa nahdliyin sebenarnya sudah lama ada, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa aktifitas mahasiswa berikut ini : 

Pertama, berdirinya IMANU (ikatan mahasiswa NU) pada bulan desember tahun 1955 di Jakarta. Namun, kehadirannya belum bisa diterima oleh banyak pihak terutama oleh kalangan sesepuh NU tersendiri. 

Kedua, berdiri lagi suatu organisasi mahasiswa yang beralokasikan di surakarta, Jawa Tengah yaitu "keluarga mahasiswa NU" (KMNU) pada tahun 1955. organisasi ini diprakarsai oleh H. Mustahal Ahmad yang masih tetap bertahan sampai lahirnya PMII pada tahun 1960. 

Ketiga, berdomisili di Bandung usaha serupa dengan nama PMNU (Persatuan mahasiswa NU) dan masih banyak lagi di kota-kota lain dimana ada perguruan tinggi yang mempunyai gejala yang sama. 

Akan tetepi pimpinan IPNU tetap membendung usaha-usaha tersebut dengan suatu pemikiran bahwa pimpinan pusat IPNU akan lebih mengintensifkan pada usaha-usaha mengadakan penelitian pada dua permasalahan pokok : 

1) Seberapa besar potensi mahasiswa NU

2) Sejauh mana kemampuannya untuk berdiri sebagai organisasi mahasiswa.

Dengan demikian, pertimbangan-pertimbangan yang diperdebatkan dalam rapat pimpinan pusat IPNU memunculan pandangan sebagai berikut : 

Pertama, wadah departemen perguruan tinggi IPNU dianggap tidak lagi memadai, tidak cukup kuat untuk mewadahi gerakan kemahasiswaan.

Kedua, perkembangan politik dan keamanan dalam negeri menuntut pengamatan yang ekstra hati-hati, khususnya bagi para mahasiswa islam. 

Ketiga, satu-satunya wadah kemahasiswaan islam yang ada pada waktu itu ialah HMI (himpunan mahasiswa Islam), yang tokoh-tokohnya dinilai terlalu dekat dengan partai Masyumi, sedangkan tokoh masyumi telah melibatkan diri dalam pemberontakan PRRI. (Baca 'PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan'. Hlm 4 dalam pembahasan Upaya Dibalik Kelahiran PMII). 

Berbagai cara yang selalu diteriakkan para mahasiswa nahdliyin pada waktu itu, dan merekapun merasa perlu segera melakukan langkah-langkah tertentu untuk meyakinkan semua pihak yang berkepentingan, bahwa dalam lingkungan nahdliyin sudah muncul banyak generasi muda yang berpendidikan perguruan tinggi. 

Semangat untuk mendirikan organisasi untuk mahasiswa nahdliyin nampak semakin kuat. Puncaknya ketika IPNU mengadakan konfrensi besar pada tanggal 14-17 maret 1960, setelah sahabat isma'il makky dan sahabat moh. hartono BA berbicara di depan peserta konfrensi besar IPNU diKaliurang Yogyakarta. 

Dari sinilah akhirnya lahir suatu keputusan "perlunya didirikan suatu organisasi mahasiswa secara khusus bagi mahasiswa nahdliyin yang lepas baik secara struktural organisatoris maupun administratif."

Dalam persiapan musyawarah pembentukan suatu wadah (organisasi) mahasiswa tersebut di bentuklah 13 orang panitia sebagai sponsor pendiri organisasi mahasiswa nahdliyin dengan limit waktu kerja satu bulan, yang direncanakan dan dilaksanakan di Surabaya.

Keluarkan suara anda wahai mahasiswa terkait pernyataan yang saya ketahui di atas!!!


Referensi : PMII dalam Simpul-Simpul Sejarah Perjuangan karyanya Fauzan Alfas

Penulis : Haris, Mahasiswa STAI At- Taqwa

Editor : Gufron

Lebih baru Lebih lama