ZoyaPatel

Launching 'Madrasah Riset', PC LAKPESDAM NU Rawat Tradisi Keilmuan di Era Digital

Mumbai

PC Lakpesdam NU Launching Madrasah Riset
Pimpinan Cabang (PC) Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia (Lakpesdam) NU Bondowoso laksanakan Launching Madrasah Riset dan
Bedah Buku "Merawat Nalar ala Santri. Di Graha NU Bondowoso. Minggu,
(03/10/2021).



Madrasah Riset yang dilaunching pada acara tersebut
merupakan program prioritas yang akan dilaksanakan dan tentu melalui asumsi dan
diskusi beberapa pengurus dengan melihat sasaran. Tentu ditambah dengan acara
bedah buku 'Merawat Nalar ala Santri' yang menjadi tambahan bumbu dalam menjalani
Madrasah Riset tersebut.

Baca Juga : 



Ketua Panitia, Ahmad Fathorrasi mengatakan, Madrasah Riset
ini adalah program yang akan menjadi prioritas dan dijalankan oleh PC Lakpesdam
NU Kabupaten Bondowoso kedepan.



"Madrasah Riset ini merupakan program prioritas PC
Lakpesdam NU Bondowoso dengan target sasaran yaitu MWC-MWC disetiap kecamatan untuk
bagaimana mengenal program ini kedepannya. Dengan sebuah tugas besar Lakpesdam
yaitu lembaga pengembangan sumber daya manusia," ujarnya Fathorrasi.



Ketua PC Lakpesdam NU Bondowoso, Ahmad Nauval Kawakib
menyampaikan bahwa Madrasah Riset itu awal mulanya berasal dari sebuah asumsi
diskusi yang dilakukan oleh segenap pengurus PC Lakpesdam NU. Dengan mengacu
kepada sebuah kesadaran akan tradisi keilmuan yang harus dirawat dengan baik.
Tentu dengan sebuah riset yang tepat pula.



"Hal ini lahir dari sebuah asumsi dan diskusi tentang
bagaimana membangun tradisi keilmuan terutama untuk para santri. Sehingga,
Madrasah Riset ini bisa juga ditelan oleh para santri. Untuk meningkatkan dan
memperkaya intelektualitas, transformasi digital yang semakin pesat. Sehingga,
dengan minimnya praktek riset hari ini bisa teratasi yang lebih dikenal dengan
studio lapangan. Sehingga ini bisa dimanfaatkan oleh pondok pesantren,"
kata Nauval sapaan akrabnya.



Lebih lanjut, Nauval, memaparkan bahwa Madrasah Riset akan
menjadi tata kelola modernisasi walau asalnya tradisional.



"Walaupun asal mulanya tradisional, Program ini akan
menjadi tata kelola modern, program pertama yang akan dilakukan bisa menjadi
sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, wadah studi dan kajian sosial
serta kebijakan public, juga nantinya akan dibagi melalui beberapa tahap kelas.
Ada kelas untuk ula, kelas untuk wustha, dan kelas untuk ulya," tambahnya
Nauval menjelaskan.



Peresmian Madarasah Riset di tandatangani oleh Ketua Tanfidhiyah dan ketua Lakpesdam NU Bondowoso 
Tidak hanya sampai disitu, dirinya juga menjelaskan tujuan
dan manfaat dari adanya Madrasah Riset tersebut, yakni melalui formulasi yang
sederhana sehingga bisa memahami sasaran yang akan dituju.



"Tujuan dan manfaat dari penelitian untuk memberikan
penjelasan tentang pengantar-pengantar penelitian, yang diformulasikan dengan
sesederhana mungkin untuk diterima dengan baik oleh sasaran. Baik di lingkup
pesantren dengan sasaran santri juga Madrasah setempat (MWC)," tutupnya.



Sementara itu Ketua Tanfidhiyah PCNU Bondowoso yang diwakili
oleh H. Saihan, menyampaikan bagaimana adanya Madrasah Riset itu juga mampu
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Khususnya internal NU dan umumnya
masyarakat Bondowoso.



"Semoga ini bisa menambah Sumber Daya Manusia (SDM)
kita. Utamanya di internal NU dan umumnya masyarakat Bondowoso. Ini sangat
bagus sekali, analisis secara ilmiah, pemetaan melalui riset atau
penelitian," katanya H. Saihan.



H. Saihan juga menuturkan bahwa mengabdi NU itu beda rasanya
pada saat mengabdi di lembaga-lembaga yang lain. Apalagi dikemas dengan bedah
buku, sehingga akan lebih menguatkan lagi SDM baik dari intelektualitas dan
aqidahnya para kader NU.



"Mengabdi di NU itu beda rasanya dengan lembaga-lembaga
yang lain, ruh yang menjadi perjuangan. Sehingga, menumbuhkan kesadaran untuk
berorganisasi yang baik. Tentu juga untuk penguatan SDM terutama aqidah islam
aswaja an nahdliyah. Apalagi melalui bedah buku ini dengan judul yang sangat
pas. "Merawat Nalar ala Santri" dapat menginspirasi untuk
meningkatkan intelektualitas para Sumber Daya Manusia di NU," imbuhnya.



Ra'is Syuriyah PCNU Bondowoso, KH. Junaidi Mu'thi yang juga
turut hadir dalam madrasah riset tersebut mengatakan bahwa NU adalah pesantren
besar, dan santrinya adalah warga NU itu sendiri.



"NU adalah Pesantren besar maka warga NU adalah
Santrinya NU. Santri NU tidak sama dengan yang ada di pondok pesantren. Hanya
melulu memperdalam dan menekuni ilmu agama. Santri NU itu memiliki corak,
bentuk yang berbeda. Kalau di pondok pesantren santri yang ada didalamnya ada
yang kiai ikut serta mendoakan mereka, lalu bagaimana dengan santri NU (warga
NU) yang ada di Bondowoso. Siapa yang akan mendoakan? Apa akan diserahkan
kepada Departemen Agama (Depag)? apa akan diserahkan kepada Dinas Sosial?. Maka
dengan demikian, doanya para kiai harus lebih luas lagi dan menyeluruh kepada
seluruh warga kota Bondowoso. Ini yang sering saya sampaikan kepada H. Amin
Said Husni pada saat beliau masih menjabat sebagai Bupati. Kita jangan hanya
sambung secara fisik (lahiriyah) namun juga secara bathiniyah," jelas H.
Junaidi.

Baca Juga : KH. Junaidi Mu’thi ; Struktur NU Sama Seperti Struktur Manusia



Acara tersebut dihadiri seluruh MWC NU Se-Kabupaten Bondowoso
di bawah naungan PCNU Bondowoso. Juga beberapa banom, yaitu ada PMII, IPNU,
IPPNU Anshor dan lain sebagainya. Ikut andil hingga acara usai.



 



Penulis: Haris



Editor: Gufron

Ahmedabad