ZoyaPatel

Santri MasyaAllah Versus Santri Innalillah

Mumbai

Nilu Dian Apriliana, Ketua Pimpinan Komisariat Pondok Pesantren (PKPP) Ikatan Pelajar Puteri Nahdahtul Ulama (IPPNU) Nurul Ulum, Cindogo, Tapen

Seorang Habib mempunyai dua
santri yang memiliki karakter sangat berbeda. Kita panggil saja si MasyaAllah
dan si Innalilah. Suatu hari Habib memberi nasihat-nasihat mulia pada kedua
santrinya tersebut.



Habib berkata bahwa, "Ilmu
itu tidak akan bermanfaat kecuali ta'dzim kepada guru," katanya kepada
kedua santrinya tersebut.



Karena ingin melihat respon kedua
santrinya, akhirnya Habib memutuskan untuk mengajak si MasyaAllah dan si
Innalilah kemakam guru Habib. Habib berpesan kepada kedua santrinya itu untuk
membawa batu besar sebelum mereka berangkat. Mendengar perintah itu, dengan
taat si MasyaAllah membawa batu besar tersebut.



Namun tidak untuk si Innalilah.
Ia berfikir, "Untuk apa bawa batu besar? Sudah berat, jauh pula
perjalanannya," ujarnya seakan hatinya berat untuk melakukan perintah
tersebut.



Akhirnya, si Innalilah hanya
membawa batu kecil. Sehingga diluar perintah yang diberikan oleh seorang Habib
tersebut.



Ditengah jalan, si MasyaAllah terlihat
kewalahan membawa batu besar. Si Innalilah berkata, "Tobat kau. Siapa
suruh bawa batu besar? Kau lihat punya aku, bisa masuk kantong,". Sambil
tertawa si Innalilah berlagak sombong.

Baca Juga : 



Sesampainya di makam, duduklah mereka
semua didekat makam guru Habib untuk berdzikir, bersholawat, serta berdoa
dengan nada yang begitu khusyuk.



Pasca dari pemakaman, mereka
bersiap-siap untuk tidur. Tiba-tiba diwaktu larut malam tiba, Habib bermimpi
mendapati bertemu dengan gurunya. Dengan segera Habib membangunkan kedua
santrinya untuk kembali memerintahkan kedua santrinya untuk menguburkan batu
yang mereka bawa. Itu adalah pesan guru Habib yang disampaikan lewat mimpi
diwaktu malam tersebut. Tanpa berkata, si MasyaAllah dan si Innalilah langsung
mengubur batu yang mereka bawa. Kemudian, melanjutkan kembali tidur mereka
hingga pagi tiba.



Paginya, dikala mentari pancarkan
sinarnya yang begitu terang dari ufuk timur. Pertanda terbitnya telah tiba yang
dinanti. Dengan segera Habib menyuruh kembali si MasyaAllah dan si Innalilah
menggali batu yang semalam mereka kubur.

Halaman Selanjutnya < 1 > < 2 >  < 3 > 

Ahmedabad