Rafi Sofyan, Bidang Redaksi UKPM Unej. (Istimewa)
Wartanu.com - Banjir informasi yang menyatakan generasi muda atau generasi post-z diuntungkan dengan bonus demografi secara terang-terangan digaungkan melalui berbagai media tanah air.
Seharusnya hal itu bisa mencuatkan sedentum hal- hal yang positif, dan bisa terjamin kebermanfaatannya.
Adanya stereotip yang berkembang bahwa generasi post-z adalah sekumpulan anak muda yang tidak bisa lepas dari ponsel, membuat penanaman karakter menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan.
Menjalani takdir sebagai ‘Muda Terdidik’ seyogyanya bisa menempa diri dalam lingkungan pendidikan yang sebaik, dan sebahagia mungkin. Terpatri dalam kehidupan Generasi post-z yang bergelimang di lingkungan kampus, harusnya bisa dijadikan peluang penempaan karakter.
Kampus merupakan lingkungan pendidikan yang menduduki top chart, diantara SMA/K, SMP, SD, dan lembaga pendidikan di Indonesia lainnya.
Dahsyatnya, kehidupan dalam kampus menuntut kita untuk lebih peka dan kritis akan permasalahan yang bergelimang dalam taraf kehidupan sosial. Atas hal itu, generasi muda yang diharap bisa menjadi generasi emaslah yang bisa menjadi jawaban atas tantangan-tantangan zaman, dan siap pasang badan saat dibutuhkan.
Pendidikan karakter dalam lingkungan kampus adalah upaya yang dilakukan kampus yang bersinergi dengan dosen dan pimpinan kampus melalui semua mata kuliah, dan aktivitas dalam kampus untuk mengembangkan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian mahasiswa melalui internalisasi.
Bergelimangnya kebijakan (virtues) yang sama-sama kita yakini digunakan sebagai pedoman mahasiswa sebagai landasan cara pandang, bersikap, dan bertindak yang menunjukkan taraf kemuliaannya.
Era super disrupsi, generasi muda yang sangat diharapkan menjadi generasi emas. Pendidikan karakter menjadi hal yang sangat penting dilakukan sebagai jawaban atas maraknya fenomena perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pribadi manusia dan sekelompok masyarakat.
Tragisnya, degradasi moral bangsa ini sudah begitu jauh masuk pada sanubari generasi emas penerus bangsa yang masih menyandang status pelajar.
Carut marutnya berbagai permasalahan sosial yang terjadi dan selalu menjadi santapan setiap detiknya di layar televisi yang mana hal ini menjadikan transmisi virus perilaku menyimpang ini menusuk jiwa generasi emas penerus bangsa.
Para generasi post-z yang diharap menjadi generasi emas bangsa sebagai aset masa depan bangsa ternyata semakin hari semakin mengalami degradasi karakter di tengah gempuran arus globalisasi yang begitu dahsyat.
Berbagai fakta sosial yang tersaji hari-hari ini dengan semakin banyaknya perilaku menyimpang mahasiswa, maka momentum penguatan pendidikan karakter dalam ranah kampus harus senantiasa digalakkan.
Refleksi dalam rangka bangkitnya ekosistem kampus dari virus pandemi yang sempat meng-hibernasikan transmisi kontak dan hubungan sosial, harusnya menjadikan mahasiswa bersyukur se tinggi-tingginya, karena dapat kembali lagi dalam kehidupan yang seperti biasanya, selepas dihantam pandemi.
Menjalani situasi endemi sebagai mahasiswa, seyogyanya patut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya bagi kalangan mahasiswa untuk mengasah hardskill maupun softskill-nya.
Kampus sebagai sarana untuk pengembangan minat dan bakat adalah media yang relevan sebagai mahasiswa intelektual untuk menggali potensi internal dan eksternal yang terukur kebermanfaatannya.
Dalam hal meningkatkan mutu mahasiswa, tentunya kampus harus sigap, siap sedia ‘pasang badan’ sebagai media penguatan karakter untuk para mahasiswa, sebagai aktualisasi peran mahasiswa sebagai iron stock.
Nilai pendidikan karakter seperti; nilai religius, nilai nasionalisme, nilai mandiri, nilai gotong royong, nilai integritas sepatutnya dimiliki oleh para mahasiswa melalui berbagai kebijakan (virtues) kampus untuk mematrikan nilai-nilai karakter sebagai mahasiswa.
Peranan kampus sebagai benteng karakter generasi emas, harus terus di optimalkan mengingat arus permasalahan sosial juga semakin terang-terangan beredar di berbagai media eletronik.
Kampus harus bisa menjadi benteng yang kuat, kokoh, tidak goyah akan kerasnya zaman di era super disrupsi. Pembentengan generasi emas di dalamnya yakni para mahasiswa harus kembali di petakan agar bisa memiliki karakter yang apik sesuai nilai-nilai pendidikan karakter.
Hal ini berkaitan dengan peranan mahasiswa yang tidak hanya berkutat dalam internal kampus, tetapi juga memiliki kalibrasi dengan eksternal kampus.
Dalam berbagai kebijakan, tidak jarang yang entah dalam berbagai kebijakan kampus yang menggerakkan mahasiswa untuk terjun langsung ke dalam permasalahan sosial membuat mahasiswa harus apik dalam segi intelektual, dan yang paling penting adalah karakter. Dari hal ini, kampus harus bisa menjadi benteng yang kokoh untuk memasukkan ideologi pendidikan karakter agar tercipta benteng yang kuat dalam pembinaan karakter bagi generasi emas.
Pendidikan karakter ditengah terkikisnya moral bangsa sebagai dampak negatif yang tak terhindarkan arus kuat globalisasi, menuntut peran lebih kampus dan mahasiswa untuk terus membentengi sekaligus memperkuat karakter positif diri menjadi lebih baik melalui aktivitas kampus apapun medianya.
Optimalisasi peranan ORMAWA, UKM, HMJ, HMP dalam lingkungan kampus menjadi hal yang signifikan. Dari hal ini, terbenturnya mahasiswa dengan hal-hal yang positif membuat tingginya taraf diskusi, optimalisasi karakter, dan fikrah, serta yang lebih utama adalah mencegah perilaku yang menyimpang.
Kampus sebagai benteng karakter generasi emas dapat dikuatkan dengan berbagai kebijakan, dan kegiatan kampus, serta menjawab tantangan zaman melalui karakter mahasiswa generasi muda, agar para generasi emas penerus tonggak perjuangan bangsa Indonesia menjadi lebih berkarakter, Amin.
Kontributor : Rafi Sofyan, Bidang Redaksi Unit Kegiatan Pers Mahasiswa (UKPM) Universitas Jember
Editor : Haris