Kunjungi PBNU, Dubes Tunisia Minta Adakan Pertukaran Pengajar

Screenshot Video postigan TVNU saat Gus Yahya berdiskusi dengan Dubes Tunisia, oleh tim kreatif wartanu.com
Pertukaran pelajar Nahdlatul Ulama (NU) ke berbagai negara asing sudah sering dilakukan oleh lembaga-lembaga di bawah naungan NU ataupun tokoh-tokoh NU.

Hal ini dilakukan untuk memperdalam pengetahuan tentang keislaman yang ada di dunia ataupun pengetahuan umum lainnnya.

Namun banyaknya pertukaran pelajar melalui beasiswa itu tidak membuat puas Duta Besar (Dubes) Republik Tunisia, Riadh Dridi, akan adanya ratusan pelajar asal Indonesia di Universitas Zaitunah, Tunisia.

Baca Juga :

Ketidakpuasan tersebut ia sampaikan kepada Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf  saat mengunjungi kantor pusat PBNU di Jl. Kramat Raya No. 164, Jakarta, Selasa (22/02).

Dalam kunjungannya ke PBNU, Dubes Tunisia disambut langsung oleh Gus Yahya dan beberapa pengurus harian. Dubes Tunisia, Riadh Dridi, menceritakan adanya krisis moderasi Islam dan menginginkan adanya pertukaran Pengajar dari tokoh NU.

Menurutnya, adanya pertukaran pengajar tersebut NU dan Tunisia bisa bersama-sama mempromosikan dan memperkuat Islam Moderat di kancah dunia.

“Kita bisa kolaborasi dalam mempromosikan Islam untuk kemanusiaan," kata Riadh kepada Ketua Umum PBNU, Gus Yahya, seperti yang dilansir dari NU Online.

Dubes Tunisia juga mengaku bahwa di negaranya sedang menghadapi berbagai radikalisasi sehingga kolaborasi dengan NU menjadi sesuatu yang penting untuk mengatasinya. 

Terlebih Indonesia juga menjadi salah satu negara yang selamat dari kemelut reformasi, sesuatu yang baru-baru ini dialami Tunisia.

Selain harapan adanya pertukaran Pengajar dan pelajar antara NU dan Tunisia, Riadh Dridi juga berharap adanya konferensi secara bersamaan.

Selain itu, Riadh juga mengaku dirinya sudah pernah membaca sejarah kedatangan Islam di Indonesia hingga peranan Walisongo dalam menebarkan dakwah islam di Bumi Nusantara.

Baca Juga :

Pasca diskusi dengan Dubes Tunisia, Ketum PBNU mengatakan bahwa Tunisia sangat memperhatikan rekontekstualisasi Islam yang memang menjadi hal penting agar Islam bisa lebih harmonis dengan konteks dunia sekarang.

"Di dalam arah perkembangan ke depan, kita melihat bahwa Tunisia ini juga sangat memperhatikan kebutuhan untuk melakukan rekontekstualisasi terhadap pandangan-pandangan keagamaan di dalam Islam agar bisa lebih terintegrasi secara harmonis di dalam konteks dunia masa kini," katanya.

Dari berbagai informasi yang berhasil tim wartanu.com kumpulkan, selain diskusi Ketum PBNU juga menyerahkan dua kitab kepada Riadh Dridi sebagai tambahan literatur karena sudah pernah membaca sejarah hadirnya Islam ke Indonesia.

Baca Juga :

Dua kitab yang diberikan oleh Ketum PBNU pada Dubes Tunisia itu adalah kitab Majm'uat Muallafat Ulama Indonesia (kumpulan 11 kitab karya ulama Indonesia) dan Tuhfatul Qashi wad Dani (biografi Syekh Nawawi al-Bantani) karya Wakil Ketua Umum PBNU, KH Zulfa Musthofa. (*)


Penulis : Muhlas

Editor : Gufron

Lebih baru Lebih lama