Pada salah satu kesempatan KH. Husnan (Kiri) bertemu dengan KHR As'ad Syamsul Arifin Situbondo (Kanan). Foto : Tim Kreatif |
bernama "Ra'iyatul Husnan" yang sampai hari ini masih berdiri gagah.
Semenjak puluhan tahun silam, pesantren ini memang sudah
banyak menyita perhatian sejumlah orang. Salah satu perhatian besar publik
tertuju ke sesepuhnya yang ber-asma mulia: Kiai Husnan Bin Muhsin.
Jasa seorang Kiai Husnan bagi tempat berkah ini sangatlah
besar. Pembabat dan pengasuh pesantren, pemimpin tegas bertanggung jawab,
pecinta ilmu sejati, juga kiai sepuh mukasyafah yang disegani.
Baca Juga :
- Tingkatkan Amalan Baik di Bulan Ramadan, PCNU Bondowoso Adakan kajian Menjelang Buka
- Wakil Presiden RI; Puasa Tidak Sekadar Menahan Makan dan Minum
- Hukum Lupa Niat Puasa di Malam Hari
Ihwal yang terakhir tadi, bahwa beliau
"mukasyafah", memang tak sedikit yang menjadi saksinya. Beberapa
santri, alumni, dan masyarakat luas, kerap kali berdecak kagum ketimpalan
kelebihan beliau itu.
Sederhananya, muksyafahah bisa difahami dengan: dapat
minyingkap hal yang abstrak. Pastinya, segelintir insan pilihan saja yang bisa
melakukan hal luar biasa ini.
Sepenggal kisah nyata, yang penulis dengar langsung dari
saksi mata kekaromahan beliau itu:
Di tahun 1980-an, ada sebuah rombongan yang hendak sowan
kepada Kiai Husnan Wringin. Dikisahkan, beberapa orang dari rombongan yang
hendak berkunjung ke kediaman beliau, ngabet sekali ingin mampir ke pangkalan
tape di pinggiran area Bondowoso kota.
Inginnya, hal ini mereka akan lakukan sebelum sowan ke
beliau, di Wringin. Usulannya beralasan. Bila membeli seusai sowan ke Kiai
nanti, toko-toko yang menghidangkan makan khas kota Bondowoso ini dihawatirkan
tutup.
Saat tunggangan hampir medekati area kota, entah mengapa
salah satu dari rombongan mengusulkan: untuk jangan mampir kemana-mana dalu
kala perjalanan perginya. Hawatir, bila terlarut sore mereka tidak bisa bertemu
dengan beliau, Kiai Husnan.
Rombongan akhirnya sepakat untuk sowan ke Kiai dahulu dan
mengurungkan niatnya untuk menyantap tape yang diidamkan.
pesantren, kediaman Kiai Husnan bertempat. Detik-detik hal luar biasa hampir
terjadi saat seisi rombongan menjumpai dan sowan pada Kiai, beriringan dengan
puluhan rombongan lain.
Hal mengejutkanpun terjadi, tak lama saat duduk bersila di
dekat Kiai Husnan. Entah mengapa di saat sejumlah orang yang sowan ke beliau
disuguhi hidangan sepiring nasi dengan lauk bagimana biasa, untuk rombongan ini
oleh Kiai Husnan malah disuguhi semangkok tape manis yang menggugah selera.
"Toreh de'er" (silahkan dimakan) dawuh Kiai Husnan
kepada semua yang sowan ke beliau kala itu. Spontan terkejut heran, seisi
rombongan yang mendapat suguhan semangkok tape.
Baca Juga :
Bagi rombongan lain mungkin tampak biasa-biasa saja, seolah
tak ada pemandangan aneh di siang itu. Namun "tidak" dengan rombongan
yang mendapat suguhan tape, tentunya.
Sebab, tak jauh sebelum rombongan tiba ke kediaman Kiai
Husnan, mereka sudah sepakat, hendak akan menyantap tape di tengah perjalanan.
Namun diurungkan, hawatir tak dapat menjumpai beliau di Wringin.
Rasanya sulit dicerna fikiran sehat. Serombongan ini terus
berfikir takjub, bagimana mungkin kiai mengetahui keinginan yang tanpa
pemberitahuan pada beliau, sebelumnya.
Kian mengherankan, pasalnya di hari itu tak satupun yang
mendapat suguhan tape dari Kiai Husnan. Di samping, persediaan nasi dan lauk
masih banyak sengaja dipersiapkan untuk setiap orang yang bertamu pada beliau.
Namun, sekali lagi, untuk serombongan ini oleh Kiai malah
disuguhi semangkok tape, yang pastinya tanpa desas-desus kabar pada beliau,
pada ahlul baid, pada haddam, juga pada semua santri sebelumnya. Subahanallah.
Penulis : Muhammad Fauzan, Santri Ma'had Aly Salafiyah
Syafi'iyah Sukorejo Situbondo yang juga masih belajar dan mengabdi di Nurul Qarnain
Jember
Editor : Gufron