Ilustrasi seseorang membacakan niat Puasa Ramadhan, (Foto : Tim Kreatif) |
Kita tahu bahwa niat adalah salah satu rukun puasa. Artinya, jika seseorang tidak membaca niat atau tidak melaksanakan salah satu rukun puasa maka puasanya batal.
Taqlid Imam Maliki, niat puasa boleh dibaca sekali dengan niat untuk puasa satu bulan penuh. Namun berbeda dengan madzhab Syafi'i. Menurut madzhab Syafi'i, niat puasa Ramadhan itu harus dibaca setiap malam hari.
Baca Juga :
- Ketum PBNU Ajak Umat Islam Teguhkan Jihad Nafs
- PBNU Tetapkan 1 Ramadhan 1443 H Pada Hari Ahad Wage
- Bekerjasama dengan YARSIS Surabaya, NU Bondowoso Miliki Rumah Sakit Lantai 4
Tentu dengan ikut taqlid Imam Maliki ini, kita akan mudah terhindar dari lupa membaca niat puasa karena sudah dibaca di awal untuk satu bulan penuh. Sekalipun kita berhalangan untuk melaksanakan Shalat Tarawih yang setelahnya secara istiqamah membaca niat puasa bersama-sama.
Namun, kita tahu bahwa di Indonesia mayoritas mengikuti Imam Syafi'i dalam hal fiqih. Oleh karenanya, jika seseorang lupa tidak membaca niat puasa Ramadhan di malam hari, maka puasanya tidak sah atau batal. Sebab, niat yang menjadi salah satu rukun puasa tidak dikerjakan.
Dimulai dari kapankah umat Islam bisa membaca niat puasa Ramadhan untuk esok hari? Adalah dimulai dari terbenamnya matahari sampai sebelum terbitnya fajar. Makanya, umat Islam biasanya secara bersama-sama membaca niat puasa Ramadhan usai Shalat Tarawih.
Yang tak kalah pentingnya adalah niat tidak harus selalu diucapkan, karena niat tempatnya di dalam hati. Jadi, jika ingin berniat puasa Ramadhan atau niat yang lainnya maka caranya dengan menggerakkan hati untuk berniat. Namun, apabila niat juga disandingkan dengan diucapkan maka hal itu akan menjadi lebih sempurna. Karena dengan diucapkan, akan mempermudah hati untuk lebih fokus dalam berniat.
Kembali pada persoalan awal yaitu seseorang lupa membaca niat puasa karena ia berhalangan melaksanakan Shalat Tarawih yang setelahnya selalu istiqamah membaca niat puasa Ramadhan.
Dalam kasus ini, kita harus lihat terlebih dahulu apakah seseorang itu sedari terbenamnya matahari sampai sebelum terbitnya fajar ada keinginan atau kehendak untuk melaksanakan puasa Ramadhan atau tidak. Semisal ada kehendak, maka kehendak itu juga bisa menjadi niat meskipun tidak diucapkan.
Dalam kitab Safinatus Saja karya Syekh Nawawi Banten dijelaskan bahwa secara bahasa yang dimaksud dengan niat adalah al-Qashdu (berkehendak). Oleh karena itu, semisal orang yang lupa membaca niat puasa Ramadhan itu di malam harinya mulai dari terbenamnya matahari sampai sebelum terbitnya fajar di dalam hatinya ada kehendak untuk berpuasa, maka puasanya sah.
Baca Juga :
- Road Maps Pendidikan Syaikhona Cholil Bangkalan
- Syekh Nawawi Banten, Guru Muassis NU dan Pengarang Kitab
Sebagai tambahan, berikut niat puasa menurut taqlid Imam Maliki yang dibaca sekali untuk satu bulan penuh dan Imam Syafi'i yang dibaca setiap malam hari di bulan Ramadhan.
Niat puasa Ramadhan menurut taqlid Imam Maliki :
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالىٰ
Nawaitu Shauma Jami'i Syahri Ramadhani Hadzihis Sanati Taqlidan Lil Imami Malikin Fardhan Lillahi Ta'ala.
Niat puasa menurut Imam Syafi'i :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَآءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالىٰ
Nawaitu Shauma Ghadin 'An Ada'i Fardhi Syahri Ramadhani Hadzihis Sanati Fardhan Lillahi Ta'ala.
Penulis : Muhlas, Santri Ponpes Miftahul Ulum Tumpeng
Editor : Gufron