Ilustrasi, Upaya Meningkatkan ketaqwaan Kepada Allah SWT |
Allah juga sudah menegaskan bahwa siapa yang bertaqwa kemudian bertawakal kepada-Nya, maka akan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Allah juga akan mencukupkan hajat dan kebutuhan hidup di dunia.
Baca Juga : KIAI ARGO, KIAI LANGIT YANG MEMBUMI (1)
Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran Surat At-Talaq ayat 3
وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Artinya: “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Dalam tulisan ini, saya akan menyampaikan materi tentang pentingnya menjaga para generasi muda atau generasi milenial yang merupakan penerus tongkat estafet peradaban dunia ini.
Baca Juga : KASIH SAYANG ORANG TUA KEPADA ANAK-ANAK
Menjaga di sini bukan hanya berarti menjaga dari sisi jasmani tetapi juga juga dari sisi rohani, yakni menjaga karakter, kepribadian, dan kesalehan mereka. Hal ini sangat penting karena di era perkembangan teknologi yang sangat cepat saat ini, hal-hal yang bisa mempengaruhi karakter generasi muda juga sangat cepat menyebar seperti virus yang tak tampak oleh mata.
Kualitas generasi muda saat ini adalah cerminan peradaban di masa depan. Jika generasi muda saat ini baik, maka baik juga peradaban esok. Sebaliknya, rusaknya karakter para generasi muda adalah pertanda rusaknya peradaban kelak.
Sehingga, perlu bagi kita saat ini untuk mendidik generasi muda menjadi generasi yang kuat karakter dan kesalehannya, sampai akhirnya mereka mampu mengemban dengan baik tanggung jawab yang ditinggalkan generasi tua.
Baca Juga : KEWAJIBAN MENCARI ILMU
Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah sehingga cita-cita terwujudnya peradaban mulia bisa saja sirna. Imbauan ini juga tercantum dalam Al-Qur’an surat An-nisa ayat 9.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدً
Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.”
Memiliki para generasi muda dengan karakter dan mental yang kuat serta tak gentar dalam melawan kemaksiatan dan kebatilan juga telah dicontohkan dalam Alqur’an melalui kisah Ashabul Kahfi. Mereka memiliki prinsip dan keyakinan kuat dengan menolak perintah Raja Dikyanus untuk menyembah berhala.
Baca Juga : PENANAMAN MENTAL REMAJA
Tujuh pemuda saleh ini rela mengasingkan diri di dalam sebuah gua selama 309 tahun. Kuatnya karakter dan keimanan mereka dikisahkan Allah kepada Rasulullah untuk menjadi inspirasi umat Islam dalam mencetak dan menjaga para generasi muda. Hal ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-kahfi ayat 13.
نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى
Artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.”
Baca Juga : PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA BAGI ANAK SEJAK DINI
Pembaca yang Budiman
Posisi strategis dan spesialnya para pemuda yang saleh ini juga disebutkan dalam hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa mereka akan menjadi satu dari tujuh golongan yang bakal mendapatkan perlindungan Allah swt pada hari kiamat.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ فأَخْفَاها، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاه
Artinya, “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah swt pada hari tidak ada naungan kecuali milik-Nya (hari kiamat), yaitu; imam yang adil, pemuda yang hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah, seseorang yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak wanita yang kaya dan cantik untuk berzina, maka laki-laki itu berkata, ‘Aku takut kepada Allah, orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya, seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga matanya meneteskan air mata.” (HR al-Bukhari).
Baca Juga : PERAN MEDIA SOSIAL UNTUK SYIAR DAKWAH
Hadits ini memang sangat relevan dengan posisi pemuda yang memang berada pada fase berat dalam kehidupan. Masa muda adalah masa ketika semangat dan tenaga berada pada posisi yang prima. Saat itulah mereka dihadapkan pada banyak tantangan, godaan, dan nafsu untuk melakukan kemaksiatan yang sewaktu-waktu bisa menghantarkan mereka pada posisi salah jalan.
Terlebih di era digital yang semuanya bisa diakses tanpa batas waktu dan tempat. Pemuda harus sangat berhati-hati dalam melangkah. Salah dalam mengonsumsi informasi bisa menghantarkannya pada jurang kegelapan di tengah gemilangnya perkembangan teknologi dunia.
Oleh karenanya, para pemuda harus dibekali dengan kemampuan menyaring atau memilih nutrisi pendidikan, khususnya pendidikan agama yang benar sehingga tidak menjadi korban dari sisi negatif kemajuan teknologi. Pemuda harus menjadi pelaku bukan objek yang terombang ambing oleh perubahan zaman.
Baca Juga : NUway, Wadah Kreativitas Anak Muda NU
Para pemuda harus menyadari bahwa kehidupannya bukan hanya di dunia maya dengan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat di sampingnya. Interaksi fisik dengan orang-orang sekitarnya harus terus ditanamkan sehingga kepedulian sosialnya tetap terjaga. Hal ini akan menghindarkan karakter individualis tumbuh di dalam diri mereka.
Selain itu penguatan literasi digital juga sangat penting bagi para pemuda. Literasi digital adalah bekal bagi mereka agar mampu menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum sesuai dengan kegunaannya.
Pentingnya literasi dalam menghadapi fenomena perubahan zaman ini tercermin dalam wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berupa perintah membaca yang termaktub dalam : Al-qur’an Surat Al-alaq ayat 1-5.
Baca Juga : Emmanuel Macron, Kemarahan Umat dan Kesucian
Nabi Muhammad SAW
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ. خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ. اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ. الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; Yang mengajar (manusia) dengan perantara qalam (pena); Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."
Pembaca yang Budiman,
Perlu disadari bahwa membaca di sini bukan hanya membaca secara tekstual, yakni mencari informasi, megeja huruf, kata, kalimat, hingga paragraf. Membaca di sini juga bermakna kontekstual, yakni membaca situasi dan kondisi lingkungan serta perkembangan zaman. Era digital saat ini, zaman ketika informasi yang beredar di dunia maya sudah overload (berlebihan), perlu disikapi dengan kemampuan membaca dengan cermat dengan bekal literasi digital (kecakapan digital).
Baca Juga : Joe Biden dalam Khayalan Cak Mamat dan PetuahKiai Argo
Kecakapan dalam menerima atau memproduksi informasi digital merupakan tanggung jawab pemuda sekaligus orang tua secara bersama-sama. Semoga kita bisa memanfaatkan dan memaksimalkan hal positif dari perkembangan zaman ini sekaligus kita bisa mengetahui dan menghindari dampak negatif dari era digitl ini. Amin.
Penulis : Siti Isnaeni Ifada, Khomsatun, dkk Anggota Muslimat dan Fatayat NU Desa Rahayu
Editor : Gufron