Ilustrasi, wanita itu adalah mutiara yang selalu memancarkan sinarnya tanpa dipinta, (Foto : Istimewa) |
Beberapa waktu yang lalu, Maulana namanya, memiliki daya tarik ketika sedikit mengikuti acara Sekolah Islam Gender (SIG) yang diselenggarakan oleh kader-kader putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau yang kita kenal dengan PMII. Tentu organisasi ini lahir dari rahim organisasi besar bernama Nahdhatul Ulama.
Beberapa pembahasan di dalamnya adalah tentang Fiqh Perempuan, baik tentang bagaimana perempuan di zaman Nabi, Fiqh Perempuan masa kini dan lain sebagainya. Pembahasan itu membuat Maulana penasaran dan ingin mendalami lagi pembahasan perempuan tersebut.
Menariknya, ketika dirinya keluar dari forum, sahabatnya memanggil. Umar namanya. Seorang mahasiswa di Universitas Islam Jember (UIJ).
Baca Juga :
- Menanggapi Video Viral; Cara Menepuk Imam yang Benar Agar Tahu Di Belakang Ada Ma’mum
- Al-Ghazali Dari Ber-Karya Hingga Meng-Kritik
- KH. Asy’ari Fasya, Lc; Himbauan dan Doa Ijazah Dalam Menghadapi Virus Covid-19
- Biarkan Sejarah Menjawab
“Assalamu’alaikum, Bang,” sapanya dengan wajah tersenyum menandakan baru pertama kali bertemu, sebab sebelumnya hanya berkomunikasi melalui via WhatsApp.
“Wa’alaikumsalam, Bang. Umar ya?” Balas Maulana dengan rasa gembira.
“Iya, benar sekali. Saya sudah dari tadi di sini nungguin sampean, Bang.”
“Waduh, saya tidak tahu kalau ada sampean karena tadi terlalu asyik mendengarkan materi di atas. Heheheh. Pembahasannya menarik, bikin saya enggan untuk berdiri dan keluar dari forum.”
“Memangnya bahas apa, Bang?”
“Biasa perempuan.”
“Wah, kebetulan sekali kalau begini ini. Mari kita duduk sembari ngopi nih, Bang. Kebetulan saya juga banyak referensi yang bisa kita tukar nantinya untuk menambah wawasan. Sebagai kader pergerakan kan harus demikian, Bang.”
“Wah, benar sekali. Monggo-monggo,” Maulana duduk ditemani segelas kopi di tengah lingkaran untuk memulai berdiskusi pagi itu.
“Saya pernah membaca kutipan dari seorang penulis buku Nasty Girls. Dia kelahiran New York Amerika Serikat. Namanya Erick F. Gray Kutipannya begini “Whatever you give a woman, she will make greater” (Apa pun yang kau berikan kepada perempuan, dia akan membuatnya lebih besar). Menarik nggak, menariklah masa enggak,” kelakarnya membuat Maulana tertawa sembari menyeruput kopinya yang masih hangat.
“Wah, sangat menarik sekali ini. Tapi, kalau hanya sekadar berbentuk kalimat kutipan tanpa kita bahas lebih dalam, pasti hanya itu yang akan kita dapat nih. Saya yakin, pasti masih banyak yang tersimpan di balik kutipan tersebut.”
“Betul sekali, ada empat makna yang tersimpan di balik kutipan tersebut yang memang sudah disajikan oleh Erick. Mau tahu apa tidak, nih?” Tanyanya pada Maulana sembari lirikan mata yang membuatnya harus tertawa.
“Hahahah. Mau tahu nggak ya, maulah masa enggak.”
“Oke, jadi gini nih, Bang. Hahaha. Pertama, ‘If you give her a smile, she’ll give you her heart’ artinya jika engkau memberinya senyum, dia (perempuanmu) akan memberikan hatinya kepadamu. Kebayang tidak, Bang, bagaimana jika kamu ada di posisi itu. Melihat seorang perempuannya tersenyum, pasti aura keresahan, kegalauan, amarah akan terobati seketika. Mengapa? Karena hadirnya senyum dia yang menorehkan segala keluh kesah. Sehingga amarah, ego yang sering diangkuhkah, keresahan, dan lainnya akan pergi tanpa harus berpamit. Bagaimana dengan argumentasi pertama, ada nyatanya dalam kehidupan?”
“Wah, benar sekali. Bahkan ketika seorang laki-laki sedang suntuk dan penat pulang kerja, pulang ke rumah ada yang dirindukan lalu memberikan senyuman indah. Itu sudah menjadi obat untuk kembali bersemangat. Menarik nih. Lanjut-lanjut!!!”
“Hehehe. Tenang, Bang, akan saya lanjut. Kedua, ‘if you give her groceries, she’ll give you a meal’ artinya jika kau memberinya bahan-bahan makanan, dia (perempuanmu) akan memberimu makanan yang telah dimasak. Nah, laki-laki merupakan tulang punggung keluarga yang salah satu tugasnya adalah mencari nafkah. Kemudian, hasil dari kerja kerasnya tersebut diberikan kepada perempuannya untuk berbelanja. Semisal, diberikan uang belanja Rp. 50.000,00 untuk beli bahan-bahan untuk dimasak. Setelah dimasak, maka nilai masakan yang dimasak oleh perempuan akan jauh lebih mahal dari uang belanja yang kamu berikan. Bisa jadi harganya dua kali lipat. Misal, diberi Rp. 50.000,00, maka akan menjadi Rp. 100.000,00. Mengapa demikian? Karena memasaknya dilakukan dengan sepenuh hati sehingga menjadikan makanan itu sangat enak dan mahal harganya ketika dijual. Ditambah lagi masakan perempuan merupakan hidangan spesial yang disajikan untuk lelakinya.”
Lanjut Baca :
- Emmanuel Macron, Kemarahan Umat dan Kesucian Nabi Muhammad SAW
- Joe Biden dalam Khayalan Cak Mamat dan Petuah Kiai Argo
- Negara Harus Berterima Kasih pada NU dan Muhammadiyah...!!!
“Wah, emang wanita itu adalah mutiara yang selalu memancarkan sinarnya tanpa dipinta. Hingga rela berkorban menguras tenaga dan pikiran agar apa yang ia berikan dan siapkan untuk laki-lakinya benar-benar dapat diterima suguhannya. Masih ada lanjutannya, nih?”
‘Tenang, Bang, masih tinggal dua lagi nih. Tentu ke belakang pembahasannya akan semakin menarik ini. Ketiga ‘if you give her a house, she’ll give you a home’ artinya jika engkau memberinya sebuah rumah, dia (perempuanmu) akan memberinya sebuah tempat tinggal. Rumah merupakan tempat pulang para pekerja keras, para pencari nafkah. Tempat istirahat untuk menghilangkan penat dengan sesejuk-sejuknya teduhan yang tidak bisa tergantikan. Akan tetapi, rumah belum tentu bisa menjadi tempat tinggal terbaik dikala suasana di dalamnya tidak mengindahkan dan membahagiakan. Maka, perempuan hadir di situ untuk mencurahkan segala tenaga, pikiran dan waktunya. Memberikan pelayanan terbaik kepada keluarganya termasuk laki-lakinya di dalamnya. Maka, dengan ini kemudian kehidupan indah dalam keluarga sangat terasa adanya. Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada sentuhan dari seorang perempuan, maka kehidupan keluarga akan terasa biasa-biasa saja. Seakan sunyi tak berpenghuni. Hanya bisa bermimpi dan membiasa. Oleh karena itu, rumah hanya menjadi sebuah bangunan yang tidak menjanjikan apa-apa, kecuali kejenuhan, keresahan dan kegalauan jika di dalamnya tanpa dihadirkan dengan sosok perempuan. Di saat perempuan hadir dan memberikan warna inilah yang dikatakan rumahku adalah surgaku,” tegasnya membuat suasana diskusi tentang perempuan semakin dalam.
“Rumahku adalah surgaku merupakan kalimat yang harus kita pegang. Bagaimana menjadikan rumah sebagai surga yaitu tempat bersimpuh dan membangun keharmonisan dalam berkeluarga. Wah, mantap sampean, Bang. Terus-terus masih ada lagi tidak nih?” Kata Maulana seakan masih belum puas dan haus akan diskusi panjang pada pagi itu.
Kopi diseruput, maka diskusi pun berlanjut.
“Nah, yang terakhir ini adalah yang paling spesial. Tentu memiliki dampak besar terhadap masa depan keluarga. Keempat, ‘if you give her sperm, she’ll give you a baby’ artinya jika engkau memberikan sperma, dia (perempuanmu) akan memberimu seorang bayi. Jasa besar seorang perempuan terhadap bayi yang diberikan kepada seorang laki-laki tidak akan berhenti hanya pada saat bayi lahir. Akan tetapi, seorang perempuan akan terus membimbing, mendidik, membesarkan hingga tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Baik dari pendidikan, kesehatan, pola-pola hidupnya dan lain sebagainya. Sungguh berharga apa yang diberikan oleh seorang perempuan terhadap laki-laki. Dari yang mentah menjadi masak dan enak untuk dimakan. Dari rasa galau dan resah menjadi senyum bahagia. Dari rumah tak berpenghuni menjadi terasa seperti surgawi. Inilah yang dikatakan bahwa memang benar balasan seorang perempuan itu lebih besar apa yang diberikan laki-laki.”
“Wah, sungguh penjelasan sampean membuat saya termanggut-manggut kagum. Bahwa seorang perempuan memiliki hal yang luar biasa. Bahkan, jika kita tidak sampai berpikir ke sana, seorang laki-laki akan menganggap setara terus ini. Hehehe. Kan dari tadi udah yang positif nih. Bagaimana semisal perempuan itu tidak diperlakukan baik oleh seorang laki-laki nih?”
“Saya saat ini berada di posisi tengah-tengah untuk menjawab pertanyaan sampean. Saya tidak mau berpihak kepada seorang laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, saya akan berbicara fakta di lapangan. Bahwa perempuan itu bisa membalas apa yang diberikan laki-laki kepadanya dengan balasan yang lebih buruk. Dalam tanda kutip, ketika pemberian itu memang berupa hal keburukan dan menyakitkan perempuannya. Begitu pula sebaliknya, seperti yang saya jelaskan di atas.”
“Wah, sip sip. Memang benar, wanita bisa menyayangi, setia dan bertahan dengan laki-lakinya dengan jangka waktu yang lama. Akan tetapi, wanita bisa pergi dengan waktu sekejap hanya dengan noda hitam yang menjadi bekas luka akan perlakuan laki-lakinya yang kurang mengenakkan dirinya,” kata Maulana sembari mengacungkan jempol pada sahabat pergerakannya ini atas tambahan wawasan yang diberikan sehingga menjadikan Maulana semakin tahu bahwa inilah sejatinya dan hakikat seorang perempuan, baik dalam ikatan atau pun tidak.
Sesuai dengan pernyataan dari Erick F. Gray, bahwa “dia (perempuanmu) selalu melipatgandakan dan membuat lebih besar apa yang kau berikan padanya. Maka, jika engkau memberinya omong kosong, bersiaplah menerima satu ton sampah atau kotoran.”
Semoga bermanfaat.
Penulis : Maulana Haris
Editor : Muhlas