KH. Junaidi Mu’thi ; Struktur NU Sama Seperti Struktur Manusia

KH. Junaidi Mu’thi, Rois Syuriyah PCNU Bondowoso saat mengisi sambutan pada pengukuhan Lembaga dan Lajnah
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia tentu memiliki struktural yang lengkap. Mulai dari Rois Syuriyah, Tanfidziyah, Lembaga dan Lajnah, dan seterusnya.

Struktural NU itu oleh KH. Junaidi Mu’thi dianalogikakan sama seperti struktur manusia. Hal itu ia sampaikan saat kegiatan Pengukuhan dan Penyerahan Surat Keputusan (SK) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Bondowoso tentang Susunan Pengurus Lembaga atau Lajnah PCNU Bondowoso periode 2021-2026 di Kantor PCNU Bondowoso, Blindungan, Bondowoso, Sabtu (14/08).

KH. Junaidi Mu’thi, Rois Syuriyah PCNU Bondowoso sengaja memilih Kantor PCNU Bondowoso untuk melaksanakan kegiatan tersebut dari pada Graha NU yang terletak di Kota Kulon. Menurutnya, walaupun Kantor PCNU Bondowoso tidak mewah, tetapi tetap miliknya NU dan harus ditempati.

Baca Juga : 

“Kantor ini harus hidup. Hidupkan suasananya sebagai kantor, karena inilah kewibawaan NU. Mari sama-sama menjaga NU dan semoga PCNU ke depannya lebih baik lagi,” ungkapnya saat sambutan.

Selain itu, KH. Junaidi juga mengungkapkan rasa syukur karena masih diberi kesempatan untuk mengabdi kepada agama, bangsa dan negara melalui Nahdlatul Ulama.

“Dalam suasana yang mencekam ini, Alhamdulillah kita masih bisa melakukan hal-hal penting di organisasi NU. Mudah-mudahan pengabdian kita diterima oleh Allah SWT,” harapnya.

Lebih lanjut, KH. Junaidi juga menyebut bahwa PCNU Bondowoso sangat berkeinginan untuk menjalankan program kerja agar segera dinikmati oleh masyarakat, khususnya warga NU.

Pihaknya juga mempunyai harapan besar bahwa kehadiran Lembaga atau Lajnah PCNU Bondowoso mampu menjalankan amanah dan lebih baik lagi daripada tahun sebelumnya. Karena hal tersebut adalah target yang ingin PCNU Bondowoso capai. 

“Semua program sudah dituangkan kepada saudara sekalian. Maka, alangkah naifnya jika saudara-saudara, Lembaga dan Lajnah tidak menjalankan apa yang menjadi amanah dari PCNU,” ucapnya.

Berkenaan dengan hal itu, KH. Junaidi juga membeberkan bahwa ada dua model atau cara berjalan yang ditawarkan oleh Allah SWT dalam menjalankan tugas.

“Pertama, mukibban ‘alaa wajhihi—Kepala dijadikan kaki. Kedua, sawiyyan ala shiraath al-mustaqiim—Kaki digunakan untuk berjalan. Mana yang lebih utama? Adalah kaki yang difungsikan sebagai alat untuk berjalan, bukan kepala dijadikan kaki,” bebernya.

Jika dianalogikakan, lanjutnya, struktur NU sama halnya seperti struktur manusia.

“NU punya syuriyah, manusia punya kepala. NU punya tanfidziyah, manusia punya badan. Badan dilengkapi dengan tangan yang digunakan untuk bekerja,” katanya.

Kalau struktur syuriyah hanya ada rois beserta wakilnya, katib beserta wakilnya, tidak ada bendaharanya, menurut KH. Junaidi, jangan heran. Karena tangan tidak ada pada kepala.

“Dan jangan heran juga kenapa struktur tanfidziyah ada bendaharanya, karena tangan ada pada badan. Syuriah sebagai kepalanya dan tanfidziyah sebagai badannya,” imbuhnya.

KH. Junaidi meneruskan, manusia memiliki kaki dan NU memiliki Lembaga dan Lajnah. Sebagaimana dipahami, kaki fungsinya untuk berjalan.

“Dengan demikian, Lembaga dan Lajnah harus menjalankan apa yang menjadi hasil dari konferensi Nahdlatul Ulama,” jelasnya.

Di samping itu, KH. Junaidi juga menyampaikan apa yang pernah disampaikan oleh KHR. As’ad Syamsul Arifin. Katanya, Lembaga dan Lajnah akan ia kawinkan dengan NU.

“Lembaga dan Lajnah sebagai suami dan NU sebagai istri. Dengan demikian, setelah saudara-saudara dilantik, harus menghidupi NU sebagai istrinya. Apa modalnya? SK yang diberikan kepada saudara-saudara. Apakah cukup? Antum ta’lamu bi umri dunyaakum,” katanya.

Baca Juga : PC PMII Kepulauan Meranti Sukses Gelar PKD-II

Selain itu, KH. Junaidi juga memperingatkan kepada Lembaga dan Lajnah agar senantiasa amanah dan tidak berkhianat. Karena menurutnya, insyaallah pengabdiannya pada NU tidak akan Allah SWT sia-siakan.

“Jika amanah dijalankan, maka manfaatnya bukan hanya pada NU melainkan juga pada orang yang menjalankan.

Di penghujung sambutannya, ia menyebut bahwa andai tidak ada semangat Islam di Indonesia, niscaya Indonesia akan habis.

“Karena melihat jaman dahulu, rasanya Indonesia tidak mungkin merdeka. Tapi karena semangat leluhur kita, Alhamdulillah Indonesia sampai hari ini diberikan keamanan dan kemerdekaan oleh Allah SWT. Mari lakukan dengan semaksimal mungkin apa yang menjadi amanah kita di NU,” pungkasnya. (*)


Penulis : Muhlas

Editor : Gufron

Lebih baru Lebih lama