Hadaratus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, (Foto : Tim Kreatif) |
1344 H kini mau mencapai 96 tahun menurut kalender Masehi atau 99 tahun menurut kalender Hijriah. Artinya, 4 atau 1 tahun lagi NU akan berusia
1 abad.
Sepanjang berdirinya NU, banyak sudah sumbangsih yang diberikan pada
NKRI mulai dari pra kemerdekaan sampai hari ini menuju 1 abadnya, NU bertekad
membangun kemandirian warga untuk perdamaian dunia.
Sebagai warga, kader ataupun pengurus Nahdlatul Ulama sudah sepatutnya
mengenal pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yang selalu menjadi
garda terdepan dalam membela NKRI dan menjaga akidah Ahlussunnah wal Jama’ah
ini.
Baca Juga :
- Mencuat Wacana PMII Akan Kembali Jadi Banom NU, Gus Abe; Bukan Saya yang Menentukan
- Sempat Gagal, MTs NU 01 Maesan Akhirnya Adakan Reuni Alumni
- Sambut Harlah NU ke-99 H, IKSASS Sukorejo Himbau Khotmil Qur’an
Dikutip dari buku berjudul “Guru Orang-orang Pesantren” yang diterbitkan
oleh Pustaka Sidogiri Benteng Ahlussunnah wal Jama’ah, pendiri Nahdlatul Ulama
bernama lengkap Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin ‘Abdil Wahid bin ‘Abdil Halim
(Pangeran Benowo) bin ‘Abdir Rahman (Jaka Tingkir atau Sultan Hadi Wijoyo) bin
‘Abdillah bin ‘Abdil ‘Aziz bin ‘Abdillah Fattah bin Maulana Ishaq, ayah Raden
Ainul Yaqin, Sunan Giri.
Beliau lebih dikenal dengan sebutan KH Hasyim Asy’ari atau Mbah Hasyim
dikalangan Nahdliyyin atau masyarakat seantero Indonesia, bahkan dunia. Ia
dilahirkan di desa Nggedang, Jombang, Jawa Timur pada hari Selasa Kliwon, 24
Dzul Qa’dah 1287 H / 14 Februari 1871 M.
Pendidikan KH Hasyim Asy’ari dimulai dari bimbingan ayahnya yaitu
mempelajari dasar-dasar ilmu agama dan menghafal al-Qur’an. Setelah belajar
pada ayahnya, beliau kemudian melanjutkan pendidikannya ke banyak pesantren
termasyhur di daerah Jawa dan Madura ketika sudah berusia 15 tahun.
Jangan lupa Subscribe Channel You Tube kami : Harokah Official
Di antara pondok pesantren yang pernah beliau tempati untuk belajar
adalah Pondok Pesantren Wonokoyo Probolinggo, Langitan Tuban, Trenggilis
Surabaya, Bangkalan Madura di bawah asuhan Syaikhona Cholil, dan Siwalan Panji
Sidoarjo asuhan Kiai Ya’qub yang kemudian menikahkan putrinya, Khadijah, dengan
KH Hasyim Asy’ari pada tahun 1892 M.
Selain itu, KH Hasyim Asy’ari juga pernah menimba ilmu di Mekkah dan
beberapa saat setelah istri dan putra pertamanya, Abdullah, meninggal dunia
yaitu pada tahun 1309 H / 1893 M, Mbah Hasyim sebutan populernya pergi ke
Mekkah untuk ke sekian kalinya. Kepergiannya kali ini untuk kembali melanjutkan
pendidikannya di Mekkah dan ditemani oleh adik kandungnya yaitu Anis.