Ilustrasi, Keselarasan Misi Islam dan Negara, (Foto : Tim Kreatif) |
Sedangkan Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk menghukumi setiap manusia, baik secara individual atau secara sosial.
Kehidupan manusia harus dinaungi oleh agama dan negara untuk membuat sistem kehidupan teratur dan berjalan harmonis. Agama yang bertujuan menciptakan kehidupan tentram secara paripurna membutuhkan negara sebagai wadah untuk menjalankan tujuan tersebut.
Baca Juga :
- Gus Muwafiq Sebut Bulan Muharram Sebagai Bulan Berduka Umat Islam
- GP Ansor Bondowoso Layangkan Surat Penolakan Kegiatan Tabligh Akbar bersama Hanan Attaki ke Kapolres Bondowoso
- Cara Menulis Basmalah 113 di Awal Muharram 1444 H Beserta Khasiatnya
Demikian pula dengan negara yang membutuhkan asas yang benar-benar dapat menjadi ruh dalam sebuah negara untuk menciptakan kehidupan kenegaraan yang harmonis.
Dari hal ini, dibutuhkan dua peran penting yaitu agama dan negara. Agama berperan sebagai penopang negara dan negara berperan menjadi pengawalnya.
Sebagaimana hadis riwayat ad-Dailami:
اَلْإٍسْلَامُ وَالسُّلْطَانِ أَخَوَانِ تَوْأَمَانِ لاَ يَصْلُحُ وَاحِدٌ مِنْهُمَا إِلَّا بِصَاحِبِهِ فَالْإِسْلاَمُ أُسُّ وَ السُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لاَ أُسَّ لَهُ يَهْدُمُ وَمَا لاَ حَارِسَ لَهُ ضَائِعٌ.
Artinya : “Islam dan pemerintah adalah dua saudara kembar. masing-masing dari keduanya tidak akan sempurna tanpa kehadiran yang lain. Agama sebagai pondasi dan pemerintahan sebagai pengawalnya. Sebab, sesuatu yang tidak memiliki pondasi akan tumbang. Sedang sesuatu yang tidak memiliki pengawal akan tersia-siakan.” (HR ad-Dailimi).
Syariat Islam yang datang dengan membawa segala kebaikannya masuk dan mengatur sempurna ke dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Mulai dari kehidupan manusia secara individual maupun sosial.
Syariat sempurna tersebut tentu akan cocok jika dipraktekkan dalam sebuah negara. Tanpa susah payah mengatur ulang segala aspek kehidupan rakyat, negara hanya butuh untuk menganut tentang ruh kebijaksanaan sebuah negara dan menjadi pengawal untuk merealisasikan ajaran agama yang baik tersebut.
Kedaulatan negara tergantung seperti apa komponen yang terlibat di dalamnya, mulai dari bagian terpenting sampai hal yang bersifat sebagai tidak terlalu penting.
Baca Juga :
- Negara Harus Berterima Kasih pada NU dan Muhammadiyah...!!!
- Bupati Bondowoso Jelaskan Kontribusi dan Tantangan NU di Era Sekarang
Sebut saja pemimpinnya. Jika pemimpin cinta dan mau berjuang demi negaranya, maka rakyat juga akan mencintai dan tidak akan berpaling darinya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Abdur Rauf al-Manawi:
وَمَنْ أَحَبَّ شَيْاً حَقَّ مَحَبَّتِهِ أَحَبَّ احْتِمَالِ مِحْنَتِهِ حَتَّى أَنَّهُ لَيَجِدُ بِتِلْكَ الْمِحْنَةِ ضُرُوْبَا مِنَ الللَّذَّةِ أَلاَ تَرَى جَانِيَ الْعَسْلِ لاَ يُبَالِيْ بِلَسْعِ النَّخْلِ لِمَا يَتَذَكَّرُ مِنْ حَلَاوَةِ الْعَسْلِ.
Artinya : “Orang yang mencintai sesuatu dengan kesungguhaan cintanya, dia akan rela menanggung apapun resikonya. Sampai saatnya nanti dia menemukan kenikmatan tersendiri dari pengorbanan itu. Diumpamakan orang yang akan mengambil madu, dia rela tersengat lebah, karena terbayang akan manisnya madu.”