Walimatul Haji, Bolehkah? Begini Pandangannya dalam Islam. Simak Baik-baik!!!

 Ilustrasi, Walimatul Haji, Bolehkah? Begini Pandangannya dalam Islam. Simak Baik-baik!!!
Wartanu.com - Memasuki bulan
Dzulhijjah atau lumrah ditelinga masyarakat dikenal dengan bulan haji. Pada
bulan ini masyarakat yang telah menerima kemampuan mental maupun pendaan diri
dan keluarga berangkat menunaikan dan menyempurnakan rukun Islamnya yang kelima.

Yaitu menunaikan Ibadah  haji dengan penuh bahagia nan pengharapan akan sempurnanya
agama pada diri.

Suka cita kebahagiaan pun bukan
hanya dirasakan oleh yang melaksanakan haji, akan tetapi keluarga, sanak
keluarga dan bahkan masyarakat turut merasakanya. 

Baca Juga : 

Meraka berbondong-bondong
datang kepada orang yang hendak menuaikan haji sembari saling mendoakan agar
kelak juga diberi kesempatan untuk menuaikan pula.



Hal ini disambut suka cita oleh
keluarga yang menuaikan, bahkan tidak jarang mereka membuat acara besar sebelum
dan pasca datangnya para jamaah haji yang dikenal dengan “Walimatul Hajji”.



Namun masih menjadi pertanyaan,
apakah Walimatul Hajji ini diperbolehkan dalam Islam, atau sebaliknya yang
mengindikasikan apa yang ditradisikan oleh masyarakat kita adalah perayaan yang
salah.



Salah satu yang menjadi landasan
dalam kebolehan melaksanakan
"Walimatul Hajji"
adalah hikayat bahwa Rasulullah Saw. senantiasa menyembelih unta ataupun sapi
manalaka beliau kembali ke kota Madinah.

Baca Juga :

Hal  Ini termaktub dalam Shahih Bukhari:



‌‌أن ‌رسول ‌الله
‌صلى ‌الله ‌عليه ‌وسلم ‌لما ‌قدم ‌المدينة ‌من ‌سفره ‌نحر ‌جزوراً ‌أو ‌بقرةً



Sesungguhnya Rasulullah Saw. manakala datang ke kota Madinah dari
perjalannya maka Rasulullah Saw. menyembelih seekor unta ataupun sapi, (HR.
Bukhari).



Para ulama menggunakan hadist di
atas sebagai bentuk adab yang disunnahkan manakala ada orang yang pergi untuk
melakukan safar. 

Lebih-lebih lagi keanjurannya akan semakin kuat tak kala
perjalanan yang dilakukan adalah untuk beribadah kepada Allah Swt.



Sehingga bagi
jamaah haji maupun keluarga disunnahkan untuk melakukan penyembelihan.

Baca Juga : 

Salah satu rujukan yang mengatakan demikian adalah kitab Al Wadih
minal Kitab was Sunnah. Menegaskan:



يستحب للحاج
بعد رجوعه بلده أن ينحر جملا أو بقرة أو يذبح شاة للفقراء والمساكين والجيران
والأخوان تقربا الى الله عزوجل



Disunnahkan bagi orang yang berhaji setelah kembalinya ia ke
daerahnya untuk menyembelih unta atau sapi atau menyembelih kambing untuk
diberikan kepada para fakir, miskin dan saudara-saudaranya sebagai pendekatan
kepada Allah azza wa jalla.



Dan dalam redaksi lain,



يستحب للحاج
بعد قدومه أن ينحر بدنة أو بقرة أو ما يستطيع ويطعم أصحابه وجيرانه ولا سيما
الفقراء



Disunnahkan bagi orang yang berhaji setelah kedatangnya untuk
menyembelih unta atau sapi ataupu sesuatu yang mampui serta memberikan makana
kepada teman-temanya, tetangga lebih-lebih lagi kepada para fakir (Mahmud
Muhammad Khotib As Subki, Ad Dinul Kholis aw Irsadul Khalqi ila Dinil Haqqi,
Juz 9, hal 350).



Penyembelihan kurban atau perayaan walimah haji dilakukan pasca
kembali dari Tanah Suci saja, sedangkan tradisi walimah haji dimasyarakat juga
merayakan sebelum pemberangkatan. 

Menjawab ini, KH. Muhyiddin Abdus Shomad
dalam kitabnya Al Hujajul Qat’iyah fi Sihhatil Mutaqadati wal Amaliyah
menyatakan:



كانت وليمة
الحج في بعض المناطق لا تقام بعد العودة من الأرض المقدسة فقط وانما تقام أيضا قبل
السفر الى الحج بعد سداد مصارف الحج, وبالنظر الى مظهرها ومحتوياتها فهي لا تجتلف
كثيرا عن الوليمة التي بعد الحج



Walimatul Hajji di dalam pendapat beberapa ucapan (pendapat) ialah
tidak hanya dilaksanakan setelah kembali dari Tanah Suci saja, akan tetapi juga
dilaksanakan pula sebelum perjalanan haji setelah benarnya penentuan haji. Dan
dengan memandangan kepada aspek walimah haji serta isinya maka tidak ada
perbedaan dalam kebanyakan walimah yang dilaksankaan setelah haji. (KH.
Muhyiddin Abdus Shomad, Al Hujajul Qat’iyah fi Sihhatil Mutaqadati wal
Amaliyah, hal 113).



Ibadah Haji merupakan ibadah penyempurna bagi orang yang
melaksanakanya sebagai bentuk penyerahan dan pengorbanan penuh dari para jamaah
dengan mengerahkan seluruh tenaga dan harta yang ia miliki semata-mata kepada
Allah Swt.

Baca Juga :



Serta dalam ibadah
penyempurna ini hendaklah dilaksanakan dengan penuh kebahagiaan yang tidak
hanya dirasakan oleh para jamaah, melai
nkan pula oleh
keluarga, teman, tetangga bahkan para fakir dan miskin
.



Meskikupun
tidak ikut berangkat tapi turut pula merasakan kebahagiaan yakni dengan
melaksankan Walimatul Hajji, sehingga kebahagiaan sama-sama dirasakan serta
saling mengikat bentuk sosial dalam agama.



 



Penulis : Wildan Miftahussurur, Alumnus Ma'had Aly Nurul Qarnain



Editor : Gufron
Lebih baru Lebih lama