Lagi, MWCNU Sukosari Menangkal Paham Radikal Dengan Kajian Kitab Bidayatul Hidayah

Hingga hari ini MWC NU Sukosari tetap rutin agendakan kajian kitab Bidayatul Hidayah
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sukosari terus mengajak masyarakat untuk mengikuti kajian Kitab Bidayatul Hidayah yang rutin dilaksanakan tiap Ahad di Kantor MWCNU Sukosari.

Tujuan MWCNU Sukosari konsisten melaksanakan kegiatan tersebut hingga Ahad (29/08) ini agar pemahaman tentang Ahlussunnah wal Jamaah tetap tertanam dalam diri masyarakat.

"Paham selain Ahlussunah wal Jamaah sudah mulai masuk dan meraja lela untuk mempengaruhi masyarakat agar gampang sesat menyesatkan satu sama lain. Oleh karena itu, MWCNU Sukosari semakin giat melaksanakan kajian kitab ini," kata Ketua MWCNU Sukosari, Ustad Fajri.

Baca Juga : 

"Kami tidak ingin masyarakat Sukosari terpengaruh oleh paham radikal yang gampang mengkafirkan orang. Untuk itu, mari ikuti kajian kitab ini dengan istiqamah," tambahnya.

Suasana kajian yang diadakan oleh MWC NU Sukosari
Ketua MUI Sukosari, KH. Wahid Hasyim kali ini mengajak masyarakat untuk terus berhati-hati dalam menjaga lisan dan sikap agar tidak langsung berprasangka buruk kepada orang lain.

"Perbaiki akhlak kita di zaman sekarang dimulai dari menjaga lisan dan sikap," katanya.

KH. Wahid Hasyim juga mengingatkan pada masyarakat untuk tidak memaksakan diri memperbaiki keburukan orang lain.

"Tugas kita hanya memberikan nasehat, selebihnya pasrahkan kepada Allah SWT," tambahnya.

Beliau juga menyinggung orang-orang yang gampang mengkafir-kafirkan. Menurutnya, orang kafir adalah orang yang gampang mengkafir-kafirkan orang lain.

"Barang siapa yang mengkafir-kafirkan orang, maka sebenarnya dialah yang kafir," ungkapnya.

Baca Juga : 

Lebih lanjut KH. Wahid Hasyim menerangkan bahwa berbohong bukanlah ajaran Islam. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW sangat menjaga lisannya ketika berdakwah agar tidak berbohong.

"Jika di barat berbicara A, maka ketika berbicara di timur juga harus A. Harus sama, jujur, tidak boleh berbohong, apalagi sampai mengadu domba," jelasnya, mengakhiri.

Sebelum kajian kitab ditutup, masyarakat yang hadir dipandu membaca Shalawat Nariyah kemudian diakhiri dengan doa yang dipimpin oleh Ust. Safi'i Karim. (*)


Kontributor : Iwan

Editor : Muhlas

Lebih baru Lebih lama