ZoyaPatel

Hubbul Wathan Minal Iman, Ketua Tanfidziyah PCNU Bondowoso Jelaskan Sejarah Kongkretnya

Mumbai

Ketua Tanfidziyah PCNU Bondowoso, KH. Abdul Qodir Syam saat memberi sambutan pada resepsi pelantikan Pengurus NU Cabang Bondowoso
Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU)
Bondowoso, KH. Abdul Qodir Syam menjelaskan bahwa organisasi NU banyak
membuktikan perjuangan yang tidak mudah untuk menopang atas berdirinya
organisasi tersebut. 

Meluruskan Ideologi yang membelenggu Indonesia dengan
kekuatan masing-masing. Bahkan, hampir menghabisi amaliyah hingga aqidah masyarakat. Hal itu disampaikan dalam acara Resepsi Pelantikan PCNU Kabupaten
Bondowoso Masa Khidmat 2021-2026 di PP Nurul Ulum, Cindogo, Tapen, Bondowoso, Sabtu,
(30/10).



"Para pendiri NU tentu sangat membutuhkan perjuangan
yang luar biasa. Bermula dengan adanya Komite Hijaz dan Nahdhah- Nahdhah yang
lain. Hingga akhirnya berdiri NU yang menjadi tanhallu bihil uqod,"
ujarnya.

Baca Juga :



Kemudian, lebih lanjut, Kh. Qadir juga menyampaikan bahwa
jika ada orang yang meragukan Hubbul Wathan Minal Iman. Jelas selain mereka
tidak mengerti sejarah, mereka juga tidak terlalu mendalam memahami tentang
sejarah islam. Bagaimana tidak ? Nabi Muhammad SAW dulu menjaga wathaniyahnya,
pada saat diusir dari Mekkah. Harus pindah Ke Madinah.



"Kalau ada orang yang ragu bahwa Cinta Negara adalah
Sebagian dari Iman (Hubbul Wathan Minal Iman). Padahal semua itu telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, ketika saat diusir dari Mekkah dan Hijrah
ke Madinah. Nabi menyampaikan, ‘saya cinta Mekkah’. Maka, sangat jelas mereka
yang ragu akan Hubbul Wathan Minal Iman menunjukkan kedangkalan pemahaman dalam
dirinya,” tegas Kiai Qodir yang juga merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Darul
Falah, Cermee, Bondowoso.



Tidak hanya itu, beliau juga mengungkap bahwa seluruh
civitas (kader) NU harus bangga menjadi NU tanpa membangga-banggakan dirinya
NU. Bagaimana sejarah mengungkap atas perjuangan NU untuk tetap memperjuangkan
nilai wathaniyah.



“Tentu, kita tidak terlalu membangga-banggakan menjadi NU.
Tapi kami ‘Bangga Menjadi NU’ Karena dari sejarah. Kalau yang memperjuangkan
wathaniyah itu adalah islam. Maka, saya tidak yakin semua itu lepas dari
gerakan dari NU,” ungkapnya.



Lebih lanjut, Kiai Qodir juga menyatakan, perjuangan NU
harus terus dikobarkan sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh para leluhur
dan Ulama NU dulu. Lebih-lebih para kader muda NU saat ini yang tantangannya
berbeda dan lebih berat karena harus mengikuti perkembangan zaman.



"Hari ini merupakan perjuangan kedua setelah para
leluhur kita memperjuangkan sebelumnya. Dengan tantangan arus media dan
informasi yang semakin pesat. Jangan sampai gagal. karena jika ini gagal, maka
akan gagal Indonesia menjadi NKRI," imbuhnya menanggapi berbagai fenomena
kekinian dan harus dihadapinya selama satu periode kedepan.



Disamping itu, beliau juga menegaskan bagaimana ghiroh cinta
negeri, cinta nasionalisme itu dikobarkan oleh leluhur hingga kemudian
melahirkan NKRI. Dirinya menyampaikan akan ketidakyakinannya kalau hal tersebut
bukan dari gerakan NU. Mengapa? Lagunya saja sudah dikarang sebelum kemerdekaan
oleh ulama NU. serta, sanad perjuangannya nyambung terhadap apa yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga :



“Diakui atau tidak itu yang terjadi, bahwa Indonesia merdeka
dengan lagu Hubbul Wathan Minal Iman yang dikarang sebelum merdeka. Sehingga,
tanpa spirit wathaniyah akan sangat sulit mendirikan bangsa ini. Karena tidak
mungkin terbangun wathaniyah tanpa bangunan dari Rasulullah SAW yang kemudian
dikembangkan oleh NU,” tegasnya.



Kiai alumni PP Sidogiri, Pasuruan itu melanjutkan, banyak
ungkapan sejarah dalam kepemimpinan yang terjadi selama NU memimpin negara ini,
banyak dari kalangan mereka yang selalu merasakan hal yang tidak nyaman. Akan
tetapi, titik kesadaran yang jernih belum tumbuh dalam diri mereka. Dari masa
reformasi hingga detik ini.



“Bagaimana mereka tidak merasa bahwa selama ini mereka
memimpin. Akan tetapi, mereka tidak sadar padahal NU yang memerdekakan negara
ini,” tuturnya.



Sehingga, melalui sejarah yang telah beliau kupas tuntas.
Ada banyak amanat yang harus dicatat. Terutama adalah generasi NU milenial yang
akan menghadapi segala hal tersebut kedepannya.



“Maka, untuk kalangan Nahdhatul Ulama milenial ini harus
menjadi kesadaran bahwa kita punya tanggung jawab untuk bagaimana berhasil
memimpin negeri ini, menghidupkan bangsa ini. Sehingga, dapat mewujudkan apa
yang menjadi cita-cita para ulama kita. kemerdekaan negeri ini diberikan oleh
Allah SWT,” tutupnya memotivasi.


Penulis : Haris

Editor : Gufron

Ahmedabad